Minggu, 08 April 2012

Fei Lun Hai Fanfiction - "Tanda Tangan Kontrak Ditunda"


Judul : Tanda Tangan Kontrak Ditunda
Genre : Comedy
Author : Asfihani Chun
Editor : Ariek Chun-AzzuraChunniess
Cast :
Wu Chun
Yan Ya Lun
Wang Da Dong
Chen Yi Ru


        Berkas-berkas sinar matahari menjalar pelan memasuki celah-celah cendela. Membelai lembut tubuh Ya Lun yang terbaring lelap di atas ranjangnya.

        Krriiiing....,

        Jam beker mungil berbentuk kepala kucing itu seolah ingin menanggapi sapaan sang matahari. Berdering keras membangunkan sang majikan.

        "Astagaa..... Kenapa dia selalu berdering?? Tidak bisakah bicara pelan-pelan?!" gumam Ya Lun dengan mata masih terpejam. Tak jelas dia bicara pada siapa.

        Si jam kucing tak putus asa, terus berdering tanpa ampun. Mencoba menyingkirkan mimpi Ya Lun.

        "Dasar! Menyebalkan! Apa kerjaanmu tiap hari hanya membangunkan orang?!" bentak Ya Lun tiba-tiba sembari bangkit dari tidurnya.

        Kriiiing......

        "Diam kau!"

        Kriiing...

        "Aku bilang diam!"

        Ya Lun menatap penuh emosi ke arah benda mungil tak berdosa itu. Tanpa sengaja matanya menatap jajaran angka yang memutar di tengah-tengah perut si kucing.

        09.10 a.m

        "APA?! Sudah sesiang ini! Kenapa tidak ada yang membangunkanku?!" dengan sigap Ya Lun meraih celananya kemudian memakainya sambil turun dari tangga. "Chuuuun! Da Dong! Yi Ru! Kenapa tidak membangunkanku?!"

        Dengan nafas tersenggal-senggal Ya Lun mengambil sepatunya di rak sepatu, kemudian memasangnya dengan kecepatan tinggi.

        Dari dapur Chun, Da Dong dan Yi Ru menonton Ya Lun dengan tatapan hampa.

        "Apa yang dia lakukan?" tanya Da Dong sambil mengunyah rotinya.

        "Entahlah.... Biarkan saja.." jawab Chun tanpa menoleh dari koran paginya.

        Seusai memasang sepatunya Ya Lun langsung melesat ke dapur, mengambil roti bakarnya, kemudian dengan mulut penuh roti mulai berpidato.

        "Kalian ini apa-apaan? Kenapa tidak membangunkanku!? Kalian kan tahu jam 9 tepat kita harus bertemu Manajer untuk tanda tangan kontrak?! Kalian juga tahu bagaimana manajer akan marah jika kita terlambat!"

        "Memang benar..." jawab Yi Ru singkat.

        "Dasar! Santai sekali kau bicara?"

        "Lagipula buat apa terburu-buru?"

        "Kau tidak punya jam apa? Kau pikir ini masih pagi?!"

        "Memang masih pagi. Baru jam 8 lebih." jawab Chun.

        Ya Lun membelalakkan matanya ke arah Chun. Kemudin memalingkan wajahnya ke jam dinding yang menempel manis di dinding dapur.

        Spontan Ya Lun menyemburkan roti yang sedang dikunyahnya.

        "Agh! Ap, apa?!"

        “Kh…..” seerentak Da Dong, Chun, dan Yi Ru berdesis menahan tawa. Wajah acak-acakan, rambut berantakan, serta pipi penuh remah-remah roti panggang, lebih parah dari badut pasar malam bagi ketiga kawannya.

        Semburat emosi mulai muncul di wajah Ya Lun. Dia menatap kawannya liar seperti singa.

        “Siapa yang memutar jam bekerku?!!!” bentaknya.

        Desahan kecil dan cekikikan dari ketiga kawannya seketika berhenti. Karena tak ada jawaban Ya Lun menatap tajam - setajam silet - pada tiga pria di depannya.

        “Bukan aku!” bela Chun tidak terima dengan pandangan curiga Ya Lun.

        “Bukan aku juga,” sahut Yi Ru dan Da Dong bersamaan.

        Tanpa banyak berpikir Ya Lun langsung berlari menuju kamar Yi Ru.

        “Kenapa dia ke kamarku?” Tanya Yi Ru heran pada Chun dan Da Dong.

        Chun dan Da Dong hanya mengangkat bahu sambil tersenyum jail.

        “Heeei! Ya Lun! Keluar kau dari kamarku!” teriak Yi Ru sambil berlari menyusul Ya Lun.

        Begitu masuk ke kamarnya dilihatnya Ya Lun sedang berusaha keras mengotak-atik laptopnya. Terang saja Yi Ru kaget melihat benda paling dia jaga dari orang lain itu berada di tangan Ya Lun yang sedang kerasukan seperti setan.

        “Berhenti kau! Apa yang kau lakukan!” Yi Ru berusaha keras menyelamatkan laptopnya dari tangan Ya Lun.

        “Menyingkir kau!” Ya Lun mendorong Yi Ru keluar ranjang.

        “Kau yang seharusnya menyingkir!! Ini kamarku!!”

        Mendengar perkataan Yi Ru, Ya Lun langsung bangkit sambil memboyong laptop Yi Ru keluar kamar. Spontan Yi Ru menarik kemeja Ya Lun dan membantingnya ke atas ranjang.

        “Berikan!!” perintah Ya Lun.

        “Tidak akan! Aku harus membalas perlakuanmu!”

        Tangan Yi Ru mencoba meraih laptop yang sedang digenggam erat oleh Ya Lun. Pergulatan sengit antar keduanya semakin menjadi-jadi. Tanpa sengaja tangan Ya Lun mengenai pajangan keramik di samping ranjang Yi Ru.

        Praang!

        "Suara apa itu?" tanya Da Dong.

        "Entah.." kata Chun mengangkat bahu.

        "Jangan-jangan...!" tanpa meneruskan kata-katanya tiba-tiba Da Dong beranjak dari kursinya, lalu berlari ke kamar Yi Ru.

        "Hah! Iya, jangan-jangan..." Chun berlari mengekor di belakang Da Dong. Di pikirannya berkelebat kejadian yang tidak-tidak tentang Yi Ru dan Ya Lun.

        Mata Da Dong langsung membulat begitu kakiknya menginjak lantai kamar Yi Ru.

        "Mugku!?!" pekik Da Dong melihat mug kesayangannya, yang sudah susah payah dia desain siang dan malam, telah berubah menjadi kepingan-kepingan kecil.

        "Mug?" gumam Ya Lun heran.

        Ya Lun dan Yi Ru sejenak menghentikan perkelaiannya. Keduanya menatap heran ke arah Da Dong yang berlutut di depan serpihan keramik malang itu.

        "Apa yang telah kalian lakukan?!" bentak Da Dong.

        "Buk, bukan aku, Da Dong! Ya Lun yang memecahkannya!" bela Yi Ru sambil menunjuk-nunjuk Ya Lun.

        Spontan Da Dong mengarahkan tatapan lasernya ke arah Ya Lun.

        "Apa? Biasa saja! Hanya karena mug norak seperti itu kau seperti mau membunuhku??"


        "Apa?! Ulangi kata-katamu!" tiba-tiba Da Dong berdiri.

        "Apa? Jika itu memang punyamu kenapa kau letakkan di kamar Yi Ru??" balas Ya Lun.

        "Sudah sudah. Apa-apaan kalian? Jangan bertengkar di kamarku!" kata Yi Ru menengahi.

        "Diam kau, Yi Ru!" sahut Da Dong masih tidak terima.

        "Hanya sebuah mug, berapa memang harganya, hm?" tanya Yi Ru sambil merogoh sakunya.

        Lava panas langsung menyembur dari otak Da Dong. Lenganya langsung meraih kepala Yi Ru dan menjepitnya. Sementara kakinya dengan tenaga penuh menyumpit tubuh Ya Lun.

        "Minta dihajar kalian, ha?!" kata Da Dong.

        "Agh! Lepaaas!" kata Ya Lun dan Yi Ru memberontak.

        Ketiganya bergulat layaknya ular kobra di atas ranjang Yi Ru.

        "Hm, wei...?" tiba-tiba Chun bersuara. Seseorang meneleponnya dari seberang sana.

        "Dimana kalian? Sampai sekarang kenapa belum datang?" tanya orang tersebut, yang tidak lain adalah Manajer Ma.

        "Iya, iya, kami akan segera berangkat." jawab Chun kemudian sambil berjalan turun dari tangga.
Sementara Da Dong, Yi Ru dan Ya Lun yang tak ubahnya seperti singa kesurupan, masih berkelai tanpa henti. Ya Lun yang merasa kalah besar dari Da Dong memilih kabur dari kamar Yi Ru.

        "Berhenti kau, Ya Lun!" Da Dong mengejar Ya Lun keluar, sambil tetap mencekik Yi Ru dengan lengannya.

        "Lepaskan!" bentak Yi Ru sambil mencoba melepaskan lengan Da Dong dari lehernya.

        "Diam kau! Urusanku belum selesai!"

        Grauuk!

        Yi Ru liar menggigit lengan Da Dong.

        "Aaaagh" pekik Da Dong. Sontak lengannya terlepas dari leher Yi Ru, melayang cepat di udara, kemudian tepat meninju ponsel Chun yang saat itu sedang digunakan oleh Chun berbicara dengan Manajer Ma.

        Ponsel Chun menggelinding menuruni anak tangga.

        "Ponselkuu..." pekik Chun.

        Chun terbungkuk-bungkuk mencoba menangkap ponselnya.

        "Halo? Halo? Chun! Dasar kau, orang tua sedang bicara.." suara Manajer terdengar beriringan dengan suara anak tangga yang berbenturan dengan ponsel Chun.

        Ponsel naas itu akhirnya mati sebelum berhasil ditangkap Chun.

        "Agh! Apa yang kalian lakukan?? Ponselku rusak!" bentak Chun. "Halo! Halo! Manajer?" Chun berusaha keras mengotak-atik ponselnya sambil memastikan apa Manajer masih di sana. "Ini salahmu, Yi Ru!"

        "Da Dong yang menjatuhkannya. Bukan aku!" bela Yi Ru.

        Sementara itu, Da Dong dengan beringas mengejar Ya Lun yang berlari ke dapur. Ya Lun berusaha keras berkelit dari kejaran Da Dong. Merasa kalah dengan kelincahan Ya Lun, Da Dong memutar otaknya untuk mengalahkan Ya Lun. Diraihnya teko yang berisi penuh kopi hangat kemudian mengejar Ya Lun yang berlari menuju ruang tengah.

        BYUURRR!

        "Huahahaha! Rasakan kau!" Da Dong terbahak-bahak penuh kemenangan.

        Namun sayang, sepertinya tawanya justru membawa petaka. Bukan Ya Lun yang disiramnya, kopi pekat itu malah mengguyur wajah Chun.

        Chun mengusap cairan hitam yang memenuhi wajahnya itu. Mulutnya menghembuskan nafas panjang. Hembusan nafas yang bagaikan semburan naga bagi Da Dong itu menyembur di wajah Da Dong.

        “WANG DA DONG!!!!” teriak Chun. Tanpa banyak bantah Chun langsung menghajar Da Dong tanpa ampun. Da Dong yang terdorong ke arah meja hias tanpa sengaja menyenggol sebuah jam hias. Jam antik tak berdosa itu jatuh menggelinding kemudian berhenti di tengah-tengah Da Dong, Chun, Ya Lun dan Yi Ru.

        09.15 AM

        “HAH!??? TANDA TANGANNYA???” pekik keempatnya kaget.

        Tanpa banyak bicara keempatnya melesat ke mobil lalu berangkat ke acara penandatanganan kontrak secepat mungkin.

        Tak berselang kemudian keempatnya tengah berjalan menyusuri lorong gedung HIM Entertainment menuju ruang pertemuan, tempat penandatanganan kontrak akan dilangsungkan.

        "Dasar! Kemana empat bocah itu?!" terlihat Manajer berteriak di depan pintu ruang pertemuan sambil melihat jam tangannya.

        "Selamat pagi, Manajer." sapa Yi Ru sambil menepuk pundak Manajer dari belakang.

        "Aku sedang sibuk, nanti saja." Manajer menampis tangan Yi Ru.

        Chun, Da Dong, Yi Ru dan Ya Lun kebingungan melihat respon Manajer.

        "Ehm, Manajer Ma?" tanya Chun.

        "Sudah aku bilang nanti saja kan?!" bentak Manajer. Tak sengaja sudut matanya melihat keempat sosok yang sedang berdiri di belakangnya itu.

        "Hm? Siapa kalian? Kalian mirip sekali dengan...., kalian penggemar Fei Lun Hai ya?"

        "Ini kami, Manajer. Aku Wu Ji Zun." jelas Chun.

        Manajer hanya menganga mendengar kata-kata Chun.

        "Kau tak mengenali kami?" tanya Da Dong heran.

        Manajer membulatkan matanya sampai mau lepas.

        “KALIAN FEI LUN HAI??!”

        “Iya….” Jawab empat orang yang jika anak kecil melihatnya pasti akan berlari ketakutan itu.

        “Kalian dari mana???”

        “dari mana? Ya dari rumah, Manajer.” Jawab Da Dong tak berdosa.

        “Apa-apaan kalian? Kalian akan menghadiri penandatanganan kontrak dengan perusahaan ternama, dengan dandanan seperti orang gila ???!”

        “O, orang gila?”

        “Kalian tak pasang cermin di rumah kalian, ha??!” Manajer membentak empat orang anggota Fei Lun
        Hai itu habis-habisan. Ya Lun, Da Dong, Chun dan Yi Ru saling pandang satu sama lain. Mencoba menemukan jawaban, apa maksudnya “orang gila” itu.

        “Tidak ada tanda tangan-tanda tanganan! Pulang kalian! Tanda Tangan kontrak ditunda!!!”

        “Tap, tapi Manajer!!?

        Tak ada jawaban dari Manajer. Satu-satunya hal yang dipikirkan manajer sekarang adalah bagaimana menjelaskannya pada Presiden ALT, yang sudah menunggu dari setengah jam lalu.

        ------ E-N-D-----

Xie xie ni o udah baca..... jangan lupa tinggalin komentar ya,, biar author tahu kesan kalian dengan FF komedi ini..... ^_^


3 komentar:

  1. sumpah min... ngakak bgt baca-baca karangannya... the best. aq influter jdi terhibur. thank u...

    BalasHapus
  2. sangat lucu, aku bacanya malam-malam, sampe sakit perut krna ketawa :v sungguh lucu, mkasi ya! ^^

    BalasHapus