Fei Lun Hai Fanfiction - "Ya Luuuuuun!!!!!"
Title : Ya Luuuun!!!!
Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess
Genre : Comedy
Type : Oneshoot
Cast : (Empat orang anggota Fahrenheit*
Jiro Wang as Da Dong
Aaron Yan as Ya Lun
Calvin Chen as Yi Ru
Wu Chun as Chun
##########
Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess
Genre : Comedy
Type : Oneshoot
Cast : (Empat orang anggota Fahrenheit*
Jiro Wang as Da Dong
Aaron Yan as Ya Lun
Calvin Chen as Yi Ru
Wu Chun as Chun
##########
Siang yang panas. Sinar matahari terasa
menyengat kulit. Bahkan sinarnya sampai masuk ke dalam rumah, menyengat Ya Lun
yang dari tadi jungkir balik di sofa sambil memegangi perutnya. Sudah sesiang
ini tapi makan siang tak juga tersaji. Perut Ya Lun semakin keras berbunyi
saking laparnya. Karena tidak tahan Ya Lun memutuskan pergi ke dapur untuk
melihat Chun yang sedang masak. Namun sesampainya di dapur tak didapatinya Chun
di sana. Hanya tampak peralatan dapur dan sayuran berserakan di mana-mana.
"Chuuun! Dimana kau?"
"Aku di toileeet!" sahut Chun yang ternyata sedang di toilet di belakang dapur.
"Ngapain? Kenapa tidak masak?"
"Bongkar muatan."
"Dasar! Dengan meninggalkan penggorengan di atas kompor?"
"Aduh! Tidak keburu! Cepat masukkan minyaknya ke wajan." seru Chun dari dalam toilet.
"Enak saja!"
"Tolonglah, mumpung wajannya belum gosong."
Ya Lun yang sedang tidak mood mengambil jerigen yang berada di sebelah lemari dapur dan menuangkannya ke atas wajan. Setelah itu pergi begitu saja menuju kamarnya.
"Chuuun! Dimana kau?"
"Aku di toileeet!" sahut Chun yang ternyata sedang di toilet di belakang dapur.
"Ngapain? Kenapa tidak masak?"
"Bongkar muatan."
"Dasar! Dengan meninggalkan penggorengan di atas kompor?"
"Aduh! Tidak keburu! Cepat masukkan minyaknya ke wajan." seru Chun dari dalam toilet.
"Enak saja!"
"Tolonglah, mumpung wajannya belum gosong."
Ya Lun yang sedang tidak mood mengambil jerigen yang berada di sebelah lemari dapur dan menuangkannya ke atas wajan. Setelah itu pergi begitu saja menuju kamarnya.
##################
Beberapa menit kemudian....
"Hwaaaaaaa!! Tolooong! Tolooong!"
Mendengar teriakan dari dapur Da Dong dan Yi Ru yang baru pulang syuting langsung berlari ke dapur. Keduanya tersentak kaget melihat api besar berkobar di atas wajan.
"Huaaaaa!!! Kebakaran! Kebakaran!" teriak keduanya panik.
Dengan kalut Da Dong, Yi Ru dan Chun berlarian tak tentu arah mencari apapun untuk memadamkan api. Segala macam sayur yang berserakan di atas meja Da Dong masukkan ke dalam api yang semakin membesar itu. Bukannya tambah padam, jilatan api itu sukses membuat sayur panggang.
"Bodoh kau, Da Dong!! Itu tidak akan berpengaruh!!" kata Yi Ru.
"Hiks! Sayuranku!" ratap Chun melihat bahan masakannya ludes.
"Lalu bagaimana?!"
"Panggil ambulance!" perintah Chun.
"Salah! Panggil pemadam kebakaran!!" teriak Yi Ru.
"Hubungi PBB!!" sambung Da Dong.
Beberapa menit kemudian....
"Hwaaaaaaa!! Tolooong! Tolooong!"
Mendengar teriakan dari dapur Da Dong dan Yi Ru yang baru pulang syuting langsung berlari ke dapur. Keduanya tersentak kaget melihat api besar berkobar di atas wajan.
"Huaaaaa!!! Kebakaran! Kebakaran!" teriak keduanya panik.
Dengan kalut Da Dong, Yi Ru dan Chun berlarian tak tentu arah mencari apapun untuk memadamkan api. Segala macam sayur yang berserakan di atas meja Da Dong masukkan ke dalam api yang semakin membesar itu. Bukannya tambah padam, jilatan api itu sukses membuat sayur panggang.
"Bodoh kau, Da Dong!! Itu tidak akan berpengaruh!!" kata Yi Ru.
"Hiks! Sayuranku!" ratap Chun melihat bahan masakannya ludes.
"Lalu bagaimana?!"
"Panggil ambulance!" perintah Chun.
"Salah! Panggil pemadam kebakaran!!" teriak Yi Ru.
"Hubungi PBB!!" sambung Da Dong.
Mendengar keributan di dapur, Ya Lun
yang sedang sibuk menenangkan auman perutnya keluar dari kamarnya. Ya Lun
langsung tersentak kdtakutan melihat api membumbung tinggi di atas wajan.
Sementara ketiga kawannya berceceran ke segala arah seperti cacing kepanasan.
Dengan sigap Ya Lun mengambil kain yang berada di sofa dan mencelupkannya ke
akuarium.
"Ini! Ini! Pake ini!" teriak Ya Lun sambil memberikan kain basah itu ke Da Dong.
Ceeesss....
Bunyi berdesis terdengar kencang begitu kain basah itu ditutupkan ke wajan.
"Hufft! Syukurlah...." kata Da Dong lega.
"Apa yang terjadi? Bagaimana bisa sampai kebakaran?" tanya Yi Ru.
"Tidak tahu." sahut Chun sambil meneliti wajan naas itu. Tiba-tiba hidungnya mencium sebuah aroma ganjil dari wajan yang kini berubah jadi hitam pekat itu. Dengan tegap Chun berbalik lalu berjalan mendekati Ya Lun.
"Ya Lun! Tadi apa yang kau masukkan ke wajan?"
"Ap, apa? Ehm, tentu saja minyak goreng."
"Ini! Ini! Pake ini!" teriak Ya Lun sambil memberikan kain basah itu ke Da Dong.
Ceeesss....
Bunyi berdesis terdengar kencang begitu kain basah itu ditutupkan ke wajan.
"Hufft! Syukurlah...." kata Da Dong lega.
"Apa yang terjadi? Bagaimana bisa sampai kebakaran?" tanya Yi Ru.
"Tidak tahu." sahut Chun sambil meneliti wajan naas itu. Tiba-tiba hidungnya mencium sebuah aroma ganjil dari wajan yang kini berubah jadi hitam pekat itu. Dengan tegap Chun berbalik lalu berjalan mendekati Ya Lun.
"Ya Lun! Tadi apa yang kau masukkan ke wajan?"
"Ap, apa? Ehm, tentu saja minyak goreng."
"Jerigen mana yang kau
ambil?"
"Je, jerigen? O, oh, itu, di sana." jawab Ya Lun sambil mengarahkan telunjuknya ke lemari dapur.
"Hmph! Itu minyak tanah, bodoh!!"
"eh?" Ya Lun langsung meringsut ketakutan.
"Ada apa denganmu? Apa kau tidak bisa membedakan mana minyak tanah dan mana minyak goreng?? Kau ingin membunuh kami semua, ha?"
"Sudah, Chun. Jangan memarahi Ya Lun. Kasihan dia." ujar Da Dong sambil menepuk pundak Chun.
Sekilas Da Dong melihat ke arah wajan malang itu. Tiba-tiba matanya menangkap sebuah benda yang tak asing lagi baginya. Da Dong berjalan mendekati kain gosong yang sedang sekarat di atas kompor itu.
"Ini, ini....." Da Dong tak kuasa meneruskan kalimatnya. Air matanya menggenang di pelupuk matanya.
"Kenapa?" tanya Yi Ru.
"Inikan mantel buluku!!!!!" pekik Da Dong. Diraihnya mantel bulu bermotif leopard itu. Mantel bulu mahal yang dengan susah payah ia dapatkan dari agency-nya langsung. "Padahal, padahal, ini khusus aku pesan dari eropa. Ouuh, my darling, are you alright?" ratap Da Dong sambil memeluk mantel beraroma minyak tanah itu.
"Itu kan hanya mantel bulu." sahut Ya Lun tiba-tiba.
"Apa kau bilang?! Ulangi kata-katamu tadi!! Minta dihajar kau!?" bentak Da Dong.
"Sudah, sudah. Tenanglah, Da Dong. Kasihan Ya Lun." Kata Yi Ru melerai.
Dengan pelan Yi Ru menarik Da Dong keluar dari dapur untuk menghindari pertengkaran lebih lanjut. Tiba-tiba kakinya menginjak sebuah benda lunak di lantai.
"Apa ini?" gumam Yi Ru. Pelan-pelan Yi Ru mengangkat kakinya. Mata Yi Ru langsung membulat sampai mau lepas begitu dilihatnya benda yang ia injak itu adalah ikan peliharaannya.
"Hahh??! ORLANDO??!" pekik Yi Ru pilu. Sepertinya ikan berekor cantik itu tak sengaja keluar dari akuarium terbawa oleh Ya Lun ketika mencelupkan mantel bulu Da Dong ke dalam akuarium. Dengan serta merta Yi Ru mengambil ikan yang sudah mirip perkedel itu dan mengelus-ngelusnya. "Orlando! Bangunlah! Kau tidak apa-apa?!? Katakan sesuatu padaku!" Yi Ru berusaha keras membangunkan ikan kecil itu. Telunjuknya memijat-mijat tubuh Orlando, berharap insangnya masih berdenyut. Namun sepertinya itu semua sia-sia. Ikan bersisik biru keunguan itu telah almarhum.
"Ya Luuuuun!!!! Akan kubunuh kaauuuuu!!!"
"Sudahlah, Yi Ru. Kasihan Ya Lun." ujar Chun dan Da Dong.
"Je, jerigen? O, oh, itu, di sana." jawab Ya Lun sambil mengarahkan telunjuknya ke lemari dapur.
"Hmph! Itu minyak tanah, bodoh!!"
"eh?" Ya Lun langsung meringsut ketakutan.
"Ada apa denganmu? Apa kau tidak bisa membedakan mana minyak tanah dan mana minyak goreng?? Kau ingin membunuh kami semua, ha?"
"Sudah, Chun. Jangan memarahi Ya Lun. Kasihan dia." ujar Da Dong sambil menepuk pundak Chun.
Sekilas Da Dong melihat ke arah wajan malang itu. Tiba-tiba matanya menangkap sebuah benda yang tak asing lagi baginya. Da Dong berjalan mendekati kain gosong yang sedang sekarat di atas kompor itu.
"Ini, ini....." Da Dong tak kuasa meneruskan kalimatnya. Air matanya menggenang di pelupuk matanya.
"Kenapa?" tanya Yi Ru.
"Inikan mantel buluku!!!!!" pekik Da Dong. Diraihnya mantel bulu bermotif leopard itu. Mantel bulu mahal yang dengan susah payah ia dapatkan dari agency-nya langsung. "Padahal, padahal, ini khusus aku pesan dari eropa. Ouuh, my darling, are you alright?" ratap Da Dong sambil memeluk mantel beraroma minyak tanah itu.
"Itu kan hanya mantel bulu." sahut Ya Lun tiba-tiba.
"Apa kau bilang?! Ulangi kata-katamu tadi!! Minta dihajar kau!?" bentak Da Dong.
"Sudah, sudah. Tenanglah, Da Dong. Kasihan Ya Lun." Kata Yi Ru melerai.
Dengan pelan Yi Ru menarik Da Dong keluar dari dapur untuk menghindari pertengkaran lebih lanjut. Tiba-tiba kakinya menginjak sebuah benda lunak di lantai.
"Apa ini?" gumam Yi Ru. Pelan-pelan Yi Ru mengangkat kakinya. Mata Yi Ru langsung membulat sampai mau lepas begitu dilihatnya benda yang ia injak itu adalah ikan peliharaannya.
"Hahh??! ORLANDO??!" pekik Yi Ru pilu. Sepertinya ikan berekor cantik itu tak sengaja keluar dari akuarium terbawa oleh Ya Lun ketika mencelupkan mantel bulu Da Dong ke dalam akuarium. Dengan serta merta Yi Ru mengambil ikan yang sudah mirip perkedel itu dan mengelus-ngelusnya. "Orlando! Bangunlah! Kau tidak apa-apa?!? Katakan sesuatu padaku!" Yi Ru berusaha keras membangunkan ikan kecil itu. Telunjuknya memijat-mijat tubuh Orlando, berharap insangnya masih berdenyut. Namun sepertinya itu semua sia-sia. Ikan bersisik biru keunguan itu telah almarhum.
"Ya Luuuuun!!!! Akan kubunuh kaauuuuu!!!"
"Sudahlah, Yi Ru. Kasihan Ya Lun." ujar Chun dan Da Dong.
-------------E-N-D-------------
Tidak ada komentar:
Posting Komentar