Kamis, 19 April 2012

Fei Lun Hai Story ---> Lagi-lagi Tumpang Tindih (part 5)


Judul      : Fei Lun Hai Story ----> Lagi-lagi Tumpang Tindih

Author    : Ariek Chun-AzzuraChunniess

Genre     : Comedy, Friendship

Main Cast : (seperti biasanya, ke4 member FLH)
Wu Chun
Wang Da Dong
Chen Yi Ru
Yan Ya Lun


#############

        “Ok! Kalian menang.” kata Chun tidak ikhlas. Tapi itu sudah cukup bagi Yi Ru dan Da Dong. Keduanya tersenyum penuh kemenangan. Ya Lun ikut tertawa, meski tidak tahu apa yang ditertawakan.

         Keempatnya pun dengan serentak memanjat pagar setinggi dua meter itu.

        Bret!

         Lengan baju Chun tersangkut pagar. Chun kaget, lalu menarik lengannya. Kreeek! Terdengar suara panjang yang cukup keras. Ya Lun, Da Dong dan Yi Ru menoleh ke arah Chun.

        Chun menatap miris ke arah lengan bajunya, ”Bajuku?”

         Seketika Chun langsung melemparkan pandangannya ke Da Dong. Chun menyeringai seolah mau menerkam Da Dong. Da Dong tersenyum hambar dengan wajah menyesal, lalu dengan cekatan mempercepat panjatannya dan segera lari dari Chun.

        ”Heei! Da Dong! Berhenti kau! Jangan kabur dariku!!” teriak Chun sambil menarik kaki Da Dong dari bawah.

        Da Dong mencoba melepas tangan Chun. Wut! Wut! Kakinya digoyang-goyangkan. Naas, bukannya tangan Chun yang terlepas, sepatunya yang malah terjatuh. Chun mendapat ide, Chun menarik sepatu Da Dong yang satunya lalu  melemparnya ke bawah.

        “Hahaha…!” Chun tertawa.

         “Aaagh Chun! Apa yang aku lakukan??!” teriak Da Dong sebal. Susah payah naik dia harus turun lagi mengambil sepatunya.

        ”Hei Kalian! Jangan ribut! Nanti ada yang tahu!”kata Yi Ru.

         Da Dong dan Yi Ru tidak mempedulikan peringatan Yi Ru. Keduanya kembali bergulat ala spiderman sambil menempel di pagar. Chun merangkak naik mencoba mendahului Da Dong. Da Dong tidak rela melihat Chun di atasnya, lalu dia tarik baju Chun ke bawah. Tuing! Kancing baju Chun jatuh ke tanah.

        ”Dari tadi kau itu sukanya merusak bajuku!!”

        ”Jika aku turun, kau juga harus turun Chun!!” balas Da Dong.

        Sementara Chun dan Da Dong gak henti-hentinya saling tarik, Ya Lun yang sudah duluan berada di atas pagar pelan-pelan merangkak turun ke bawah.

        ”Bagus, Ya Lun!” teriak Yi Ru. Ya Lun menengadah ke arah Yi Ru.

        ”Kenapa kau tidak turun juga? Biarkan saja mereka menempel di situ..” kata Ya Lun.

        ”Tidak bisa! Jika tidak diawasi mereka tidak karu-karuan nanti jadinya. Kau masuk saja dulu. Ambil kunci pagarnya di laci mejaku!”

        ”O....!” dengan sigap Ya Lun berlari ke dalam rumah.

         Tang! Tung! Bang!

         Sesekali dentingan pagar menyelingi pergulatan antara Da Dong dan Chun. Keduanya saling jewer dan saling tarik. Sama-sama tidak ada yang mau mengalah. Semakin lama rupa keduanya semakin tidak bisa dilihat. Wajah belang tersiram tepung, rambut putih, dan baju compang-camping, sobek sana-sini.

         Chun menarik kalung rantai yang menggantung di leher Da Dong. Trang! Kalung tersebut menghantam besi pagar sebelum akhirnya terkapar di tanah.

         ”Oww! My honey.....” teriak Da Dong mencoba meraih kalunya.

        Chun tersenyum, “Haa, impas!”

        "Dari tadi kau itu sukanya menjatuhkan barang-barangku! Rasakan Kau!” Da Dong mencoba meraih jam tangan Chun.

         ”Hei! Da Dong! Hentikan! Jangan yang ini!” teriak Chun sambil mengelak dari serangan Da Dong

         Da Dong semakin nafsu, ”Hahaha! Aku tahu! Ini jam tangan bermerek dan mahal!”

         ”Gila kau!”

          Keduanya semakin beringas.

          ”Hei kalian! Sudah berhenti! Cepat naik lalu masuk ke dalam!” Yi Ru mencoba melerai Chun dan Da Dong. Perlahan Yi Ru mendekati kedua kawannya, mencoba menghentikan pergulatan gila antara Chun dan Da Dong.

           Yi Ru mencoba meraih pundak Chun, tapi Chun terus saja bergerak. Akhirnya tangan Yi Ru memegang kerah baju Chun dari belakang. Breeek! Sekali lagi terdengar suara sobekan. Chun terkejut. Lalu menoleh ke belakang.

          ”Yi Ru?” tanya Chun tidak percaya.

          Yi Ru melongo.

          “Hahaha! Bagus Yi Ru! Aku tahu kau di pihakku!” Da Dong tertawa.

         ”Chun, Sorry... aku tidak sengaja...” Yi Ru dengan wajah gugup mencoba menjelaskan pada Chun.

        ”Ayo, Yi Ru! Gempur Chun!” teriak Da Dong penuh ambisi sembari tangan kanannya dikepalkan ke atas. Gara-gara kebanyakan tingkah tangan kiri Da Dong yang bergelayut di pagar lepas. Ia kehilangan keseimbangan dan oleng ke bawah.

         ”Aaaaagh.....” pekik Da Dong histeris. Dengan sigap tangannya meraih pegangan, sayangnya bukan pagar yang dia raih, kaki Chun malah diseretnya ke bawah.

          ”Wuaaaaaaa.....!” teriak Chun terkejut.

         Brak! Bruk!

          Bergantian keduanya terkapar di tanah. Belum sempat meratapi keadaan, tiba-tiba terdengar teriakan dari belakang.

          Priiiiiiiiiitt...!

         ”Pencuriii! Ada pencuriiiii.....!!”

          Yi Ru, Da Dong dan Chun menoleh ke arah sumber suara. Tampak tiga ornag berseragam security berlari ke arah mereka. Ketiganya terkejut bukan main. Sekalipun memberontak sekuat tenaga mereka tetap diseret ke pos keamanan.

         Dengan wajah masih berselimut tepung Chun, Da Dong dan Yi Ru masuk ke dalam kantor pos jaga sambil menunduk. Ketiganya dibariskan di samping meja kepala security. Terlihat seorang ibu-ibu duduk menghadap kepala security sambil menangis. Kondisi si ibu tidak jauh beda dengan kondisi Chun, Yi Ru dan Da Dong yang juga diselimuti tepung.

        Ketiganya melihat si ibu dengan pandangan menyelidik. Merasa diawasi si ibu berhenti bicara, lalu menoleh ke arah ketiganya.

        Srett! Ketiganya bertemu pandang.

        ”Kalian??!” teriak si ibu terkejut.

        ”Hahh!!!?” mata Chun, Da Dong dan Yi Ru terbelalak melihat wanita yang duduk di depannya.

        Si ibu berdiri, wajahnya yang tadi diselimuti kesedihan berubah memerah bak kepiting rebus, ”Bagus!! Kalian akhirnya tertangkap!!”

        Bugh! Si ibu menghantam kepala Da Dong dengan tasnya.

        ”Au! Bibi! Kenapa selalu aku yang kena?!” Da Dong menyeringai kesakitan.

        ”Masih bisa menjawab kalian??! Ha??” si ibu melotot, matanya terlihat mau lepas. Kepala security dengan sigap memegang tangan si ibu dan menenangkannya.

        ”Sudah bu.... ibu tolong tenang dulu...”

        Si ibu kembali duduk di kursi, lalu sekali lagi menangis tersedu-sedu, “Saya benar-benar prihatin pak! Dasar anak muda jaman sekarang!” hu... hu...”

        Sementara si ibu menangis dan bicara panjang lebar, Da Dong menggerutu, ”kita ini aktor besar, kenapa distrap begini??!”

        ”Diam kau! Jika mereka tahu siapa kita sebenarnya urusannya bisa tambah rumit!” sahut Chun.

        ”Ya Lun mana? Enak sekali dia dari tadi lepas dari masalah...” tanya Da Dong

        ”Tadi aku suruh mengambil kunci pagar, tapi lama sekali tidak kembali...” jawab Yi Ru.

        ”Sudahlah, yang harus kita pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya keluar dari sini!” kata Chun berbisik.

        ”Ehmm.... kita lari saja!” Da Dong memberi ide.

        ”Diam kau! Kenapa dari tadi idemu itu gila terus!”

        Ketiganya menunduk dan berpikir keras mencari jalan keluar. Si ibu masih saja mengomel sambil sekali-kali menunjuk-nunjuk Yi Ru, Da Dong dan Chun.

        Akhirnya Chun tidak tahan dan angkat bicara, ”tapi kami sudah bayar ganti ruginya kan, bi?”

        Si ibu berhenti bicara, lalu menoleh ke arah Chun, ”Ganti rugi??! Bahkan untuk membeli satu botol air mineral saja uangmu itu tidak cukup!!”

        Chun terdiam. Matanya menatap kosong ke wajah si ibu. Otaknya berfikir keras, baru sadar ternyata dia salah ambil uang, “Ini gara-gara terburu-buru tadi….” batin Chun sebal.

        Ketiganya kembali menunduk. Memikirkan cara yang tepat.

        Yi Ru berbisik, ”kita hipnotis saja semua yang ada di sini. Setelah itu kita kabur...”

        ”Hipnotis? Kau bisa?” tanya Chun.

        ”Ah,..... tidak sih...” Yi Ru menggaruk kepalanya.

        Chun dan Da Dong menghela nafas. Ketiganya menunduk lagi.

        ”Chun, kau kan pintar kungfu. Hajar saja semua yang ada di sini, lalu kita kabur!” Da Dong mengutarakan idenya.

        ”Wah, sadis itu, Da Dong! Tapi bagus juga..” Yi Ru kagum.

        Chun menatap kedua kawannnya, ”Aku rasa efek dari tabrakan tadi sangat besar. Sampai sekarang otak kalian tidak ada yang beres..!” Chun bersungut. Yi Ru dan Da Dong terdiam. Ketiganya kembali menunduk.

        ”Telepon manajer!” kata Chun sambil tersenyum.

        ”Wah benar! Baru saja aku mau bilang itu.” ujar Da Dong.

        ”Kalian saja yang hubungi. HPku tertinggal di mobil.”

        ”HP Ya Lun?” tanya Yi Ru

        ”Mati gara-gara terjatuh tadi...”

        Yi Ru meraba sakunya, ”sepertinya Hpku masih di jasku. Aku lupa mau mengambilnya tadi waktu ganti baju. Kau saja Da Dong.”

        ”Dasar kalian ini! HP itu barang penting, jadi tidak bisa ditinggal-tinggal.” Da Dong memberi ceramah, kemudian mengeluarkan Hpnya. Tut! Da Dong memencet salah satu tombol Hpnya. Tidak menyala. Dipencetnya tombol yang lain, masih sama, layar Hpnya tetap hitam. Yi Ru dan Chun memandangi Da Dong dengan pandangan putus asa.

        ”Kenapa Da Dong?” tanya Yi Ru.

        ”Tidak tahu, Hpku tidak mau menyala..” Da Dong bingung.

        Yi Ru meraih HP Da Dong dan membolak-baliknya. Da Dong menatap dengan sorot penuh harapan.

        ”Sepertinya batrenya habis, Da Dong...” kata Yi Ru memberi kesimpulan.

        ”HP memang benda penting, tapi kalau berada di tangan orang tidak penting ya begini jadinya...” sindir Chun sambil memutar matanya.

        ”Apa kau bilang?!”

        ”Sudah! Jangan bertengkar di sini!” lerai Yi Ru.

        ”Aku tahu caranya menyalakan HP yang begitu.” Chun merebut HP Da Dong dari tangan Yi Ru.
        ”Gimana?” tanya Yi Ru.
        ”Digetok tiga kali, lalu dilempar keluar...” jawab Chun sambil bersiap menghantamkan HP Da Dong ke tembok.

        ”Heh!! Monyet! Hentikan!” Da Dong merebut Hpnya, ”Dasar! Dendam kau padaku?!” teriak Da Dong.

        ”Diaaam!!” tiba-tiba kepala security berteriak. Da Dong, Yi Ru dan Chun terkejut, seketika ketiganya mengatupkan bibir.

        ”Dasar! Preman! Tidak sadar dengan kesalahannya, malah ribut sendiri!!”

        “Kami bukan preman, Pak!” kata Da Dong tidak terima.

        Kepala security berdiri dari kursinya, ”Diam! Jangan menyahut kalau orang tua sedang bicara! Dasar anak muda jaman sekarang! Tidak punya tata krama!” ketiganya menciut. ”Aku bisa saja memasukkan kalian ke penjara!” lanjut kepala security dengan garang.

        Seketika wajah Da Dong, Yi Ru dan Chun terangkat, ”PENJARA?!!!!” teriak ketiganya bersamaan.

        ”Penjara?!” terdengar sebuah suara dari pintu masuk.

        ”Ya Lun???!!” teriak ketiganya, kepala security dan si ibu menoleh ke arah sumber suara. Ya Lun mematung di depan pintu.

        “Dia salah satu pelakunya, Pak!! Mereka ini kawanan preman!!” teriak si ibu menunjuk-nunjuk Ya Lun.

        Kepala keamanan mengepalkan tangannnya, ”Hahaha! Bagus! Ternyata di jaman seperti ini masih ada maling yang mau menyerahkan diri!”

        Plak!! Da Dong, Yi Ru dan Chun memukul kepalanya, ”Dasar bocah bego!!” batin ketiganya hampir menangis.

        Namun Dewi Fortuna sepertinya sedang berpihak pada mereka. Muncul seorang pria paruh baya dari balik pintu masuk.

        “MANAJER??!” teriak ketiganya bersamaan. Manajer tersenyum.

        Chun, Da Dong dan Yi Ru menganga. Detik kemudian ketiganya tertawa terbahak-bahak saling berpelukan. Ya Lun tak luput dari serangan mereka. Keempatnya berpelukan erat sembari saling cium sana sini.

        ”Anda lihat sendiri kan, Pak? Anak muda jaman sekarang itu punya kelainan.” kata si ibu.

        Manajer langsung menuju meja kepala securty. Beberapa menit lamanya ketiganya terlibat dalam pembicaraan yang rumit. Chun, Yi Ru, Da Dong dan Ya Lun diharuskan membuat surat pernyataan. Setelah mendapat ceramah panjang lebar dan membayar ganti rufi, kelimanya diperbolehkan pulang dari kantor pos jaga.

-----------------------------------------------E-N-D----------------------------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar