A Conflict [part four]
Judul : Fei Lun Hai Story ----> A Conflict
Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess
Genre : Kesetiakawanan
Main Cast : Wu Chun
Wang Da Dong
Chen Yi Ru
Yan Ya Lun
Cast :
Tong Li Ya
Yang Cheng Lin
Disclaimer :
FF ini saya buat dengan segenap hati atas dasar kecintaan saya pada keempat pria yang tergabung di Boyband Fei Lun Hai. keterenyuhan hati saya akan kesetiakawanan mereka. Jika kalian suka silakan copy FF ini kemudian save di disc kalian. :).... tapi mengaku2 bahwa FF ini yg membuat kalian adalah terlarang. *dilempar dari atas gedung*
ßßßßßßßßßßß
Pagi menjelang. Perlahan matahari menampakkan sinar-sinar hangatnya. Yi Ru keluar dari kamarnya lengkap dengan piyama tidurnya. Tak berselang kemudian Ya Lun juga muncul dari balik pintu kamarnya dengan dandanan sama seperti Yi Ru.
“Aneh sekali, siapa yang membuka tirai?” gumam Yi Ru melihat berkas-berkas sinar matahari memenuhi ruang tengah.
Ya Lun tak menjawab. Dia hanya menoleh ke seluruh ruangan. Kemudian berjalan menuju dapur.
“Heii! Yi Ru!” panggil Ya Lun dari dapur.
“Apa?” jawab Yi Ru menghampiri Ya Lun.
Yi Ru dan Ya Lun terkejut melihat berbagai macam makanan telah tersaji di atas meja makan.
“Ada kertas~..”kata Ya Lun melihat secarik kertas terselip di antara gelas minuman.
Kertas tersebut berisi barisan tulisan
Aku berangkat syuting. Sepertinya pulang malam.
Chun
Yi Ru dan Ya Lun tertegun memandangi kertas itu. Tiba-tiba muncul Da Dong dari balik tangga dengan dandanan rapi.
“Kau mau kemana?” Tanya Yi Ru.
“Syuting.” Jawab Da Dong tanpa menoleh.
“Tidak sarapan dulu?”
“Tidak”
Da Dong membuka pintu kemudian pergi. Sementara Ya Lun dan Yi Ru dibiarkannya mematung di depan meja makan.
“Uuuhh, aku tidak tahan berada di tempat ini.” Keluh Ya Lun melihat tingkah Da Dong dan Chun.
Yi Ru diam tak menyahut. Pikirannya masih disibukkan dengan tingkah kawan-kawannya itu.
“Aku ingin pulang, Yi Ru~.. tiba-tiba aku rindu ibuku..” rengek Ya Lun.
“Tenanglah, Ya Lun.”
“Bagaimana bisa tenang? Rumah ini tiba-tiba terasa seperti neraka!” bantah Ya Lun sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.
“Kau sibuk hari ini?” Tanya Yi Ru tiba-tiba.
“Ha? Eh~ tidak…”
ßßßßßßßßßßß
Semakin lama matahari semakin merajai angkasa. Sinarnya terasa sangat menyengat dan membuat gerah. Namun keadaan yang sangat menyiksa itu menjadi tak berarti dengan keindahan dan kesejukan Pantai Okinawa. Tampak Chun dengan serius sedang syuting di bibir pantai bersama kru film lainnya.
“Nah! Sudah jelas kan? Sebelum Cheng Lin membuka matanya, kau lepaskan tangannya kemudian menoleh ke tempat lain!” kata Sutradara Ming memberikan arahan pada Chun sambil menolehkan wajahnya memberi Chun contoh.
“Bagaimana? Kau paham?”
“Hao la!” jawab Chun mantab
“Ok! Bersiap di tempat! Kamera roll, action!”
Chun mulai berakting seperti yang telah dijelaskan Sutradara Ming. Chun dan Cheng Lin beradegan sedang tertidur di tengah pasir pantai. Suasana begitu hening. Tak ada satu pun suara kecuali suara debur ombak kecil.
Jdang! Jdang! Treng! Treng!
Tiba-tiba terdengar dentuman musik cadas yang sangat keras. Spontan Chun dan Cheng Lin yang sedang menutup matanya terkejut. Sutradara Ming berdiri dari kursi lipatnya.
“Qin Lang! suara mengganggu apa itu??!” teriak sutradara pada salah seorang krunya.
“Ah~ sutradara. Maaf, itu suara ponsel saya.” Ujar Chun sambil merogoh saku celananya. Tanpa melihat layar ponselnya Chun langsung menekan tombol reject. Kemudian meneruskan syutingnya.
“Baik! Kita ulangi lagi! Kameraa roll, action!”
Suasana kembali hening. Angin pantai mengelai lembut rambut Chun dan Cheng Lin yang sedang menutup mata berpura-pura tidur.
Jdang! Jdang! Treng! Treng!
Lagi suara musik nista itu menggema di sepanjang pantai Okinawa.
“Agh! Tidak bisakah kau letakkan ponselmu itu di tempat lain??” Tanya sutradara sedikit emosi.
“Ah! Maaf, maaf..” ucap Chun sambil membungkukkan badannya.
“Ya sudahlah! Istirahat 30 menit!” kata sutradara kemudian sambil melepas topinya.
“Kenapa, Xiao Ji?” Tanya Cheng Lin pada Chun dengan panggilan khasnya.
“Agh! Sial! Entahlah. Biasanya jam segini tidak ada yang menghubungiku!” ucap Chun sambil mengeluarkan ponselnya. Dilihatnya panggilan dari Ya Lun di layar ponselnya.
“Anak ini…” geram Chun. “Wei! Kenapa dari tadi miscall-misscall? Aku sedang syuting!”
“Hiks~…..” Ya Lun terisak di seberang sana.
Chun tertegun, “Ka, kau menangis?”
“Chun~… huuhuu hiks…”
-----------------
Bersambung ke Part 5
Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess
Genre : Kesetiakawanan
Main Cast : Wu Chun
Wang Da Dong
Chen Yi Ru
Yan Ya Lun
Cast :
Tong Li Ya
Yang Cheng Lin
Disclaimer :
FF ini saya buat dengan segenap hati atas dasar kecintaan saya pada keempat pria yang tergabung di Boyband Fei Lun Hai. keterenyuhan hati saya akan kesetiakawanan mereka. Jika kalian suka silakan copy FF ini kemudian save di disc kalian. :).... tapi mengaku2 bahwa FF ini yg membuat kalian adalah terlarang. *dilempar dari atas gedung*
ßßßßßßßßßßß
Pagi menjelang. Perlahan matahari menampakkan sinar-sinar hangatnya. Yi Ru keluar dari kamarnya lengkap dengan piyama tidurnya. Tak berselang kemudian Ya Lun juga muncul dari balik pintu kamarnya dengan dandanan sama seperti Yi Ru.
“Aneh sekali, siapa yang membuka tirai?” gumam Yi Ru melihat berkas-berkas sinar matahari memenuhi ruang tengah.
Ya Lun tak menjawab. Dia hanya menoleh ke seluruh ruangan. Kemudian berjalan menuju dapur.
“Heii! Yi Ru!” panggil Ya Lun dari dapur.
“Apa?” jawab Yi Ru menghampiri Ya Lun.
Yi Ru dan Ya Lun terkejut melihat berbagai macam makanan telah tersaji di atas meja makan.
“Ada kertas~..”kata Ya Lun melihat secarik kertas terselip di antara gelas minuman.
Kertas tersebut berisi barisan tulisan
Aku berangkat syuting. Sepertinya pulang malam.
Chun
Yi Ru dan Ya Lun tertegun memandangi kertas itu. Tiba-tiba muncul Da Dong dari balik tangga dengan dandanan rapi.
“Kau mau kemana?” Tanya Yi Ru.
“Syuting.” Jawab Da Dong tanpa menoleh.
“Tidak sarapan dulu?”
“Tidak”
Da Dong membuka pintu kemudian pergi. Sementara Ya Lun dan Yi Ru dibiarkannya mematung di depan meja makan.
“Uuuhh, aku tidak tahan berada di tempat ini.” Keluh Ya Lun melihat tingkah Da Dong dan Chun.
Yi Ru diam tak menyahut. Pikirannya masih disibukkan dengan tingkah kawan-kawannya itu.
“Aku ingin pulang, Yi Ru~.. tiba-tiba aku rindu ibuku..” rengek Ya Lun.
“Tenanglah, Ya Lun.”
“Bagaimana bisa tenang? Rumah ini tiba-tiba terasa seperti neraka!” bantah Ya Lun sambil memegangi kepalanya dengan kedua tangannya.
“Kau sibuk hari ini?” Tanya Yi Ru tiba-tiba.
“Ha? Eh~ tidak…”
ßßßßßßßßßßß
Semakin lama matahari semakin merajai angkasa. Sinarnya terasa sangat menyengat dan membuat gerah. Namun keadaan yang sangat menyiksa itu menjadi tak berarti dengan keindahan dan kesejukan Pantai Okinawa. Tampak Chun dengan serius sedang syuting di bibir pantai bersama kru film lainnya.
“Nah! Sudah jelas kan? Sebelum Cheng Lin membuka matanya, kau lepaskan tangannya kemudian menoleh ke tempat lain!” kata Sutradara Ming memberikan arahan pada Chun sambil menolehkan wajahnya memberi Chun contoh.
“Bagaimana? Kau paham?”
“Hao la!” jawab Chun mantab
“Ok! Bersiap di tempat! Kamera roll, action!”
Chun mulai berakting seperti yang telah dijelaskan Sutradara Ming. Chun dan Cheng Lin beradegan sedang tertidur di tengah pasir pantai. Suasana begitu hening. Tak ada satu pun suara kecuali suara debur ombak kecil.
Jdang! Jdang! Treng! Treng!
Tiba-tiba terdengar dentuman musik cadas yang sangat keras. Spontan Chun dan Cheng Lin yang sedang menutup matanya terkejut. Sutradara Ming berdiri dari kursi lipatnya.
“Qin Lang! suara mengganggu apa itu??!” teriak sutradara pada salah seorang krunya.
“Ah~ sutradara. Maaf, itu suara ponsel saya.” Ujar Chun sambil merogoh saku celananya. Tanpa melihat layar ponselnya Chun langsung menekan tombol reject. Kemudian meneruskan syutingnya.
“Baik! Kita ulangi lagi! Kameraa roll, action!”
Suasana kembali hening. Angin pantai mengelai lembut rambut Chun dan Cheng Lin yang sedang menutup mata berpura-pura tidur.
Jdang! Jdang! Treng! Treng!
Lagi suara musik nista itu menggema di sepanjang pantai Okinawa.
“Agh! Tidak bisakah kau letakkan ponselmu itu di tempat lain??” Tanya sutradara sedikit emosi.
“Ah! Maaf, maaf..” ucap Chun sambil membungkukkan badannya.
“Ya sudahlah! Istirahat 30 menit!” kata sutradara kemudian sambil melepas topinya.
“Kenapa, Xiao Ji?” Tanya Cheng Lin pada Chun dengan panggilan khasnya.
“Agh! Sial! Entahlah. Biasanya jam segini tidak ada yang menghubungiku!” ucap Chun sambil mengeluarkan ponselnya. Dilihatnya panggilan dari Ya Lun di layar ponselnya.
“Anak ini…” geram Chun. “Wei! Kenapa dari tadi miscall-misscall? Aku sedang syuting!”
“Hiks~…..” Ya Lun terisak di seberang sana.
Chun tertegun, “Ka, kau menangis?”
“Chun~… huuhuu hiks…”
-----------------
Bersambung ke Part 5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar