My Wrong Girlfriend / part 7 [taiwan fanfiction]
Title : My Wrong Girlfriend
Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess
Genre : Action, Romance
Cast :
- Wu Chun
- Angela Zhang
- Jiro Wang
- Calvin Chen
- Aaron Yan
- Danson Tang
Angela bergulingan di atas ranjang empuk. Ia senang bukan main begitu
mendengar Jiro menyewakan kamar hotel untuknya. Setidaknya ia bisa
menghemat uangnya. Angela merasa beruntung sekali bertemu dengan Jiro
secara tidak sengaja.
"Untung semua laki-laki di bumi ini tidak seperti Wu Chun, menyebalkan dan idiot."
Sementara di kamar lain, Jiro sibuk merakit senjata kesayangannya. Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Bocah ingusan itu berhasil lolos dari Danson." kata seseorang di seberang sana. Suaranya terdengar sangat berat.
Jiro tersenyum simpul, "Dia tidak akan lolos dariku."
"Aku percaya kau, Jiro. Gadis itu sudah kau dapatkan?"
"Sudah, Tuan Wei. Kau tenang saja."
"Hahaha! Aku tidak salah memilihmu!"
Jiro melipat ponselnya. Sejenak ia nampak berpikir keras. Dua hal yang sama penting serasa sedang menjepit hatinya sekarang.
Jiro membuka ponselnya lagi.
"Halo..."
"Jiro?"
"Angela, apa nanti malam kau sibuk?"
"Ehm, tidak. Kenapa?"
"Aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Boleh?"
"Ha? Y, ya, tentu saja."
"Baiklah. Kau istirahat saja di kamarmu. Jangan ke mana-mana. Nanti malam kujemput ke kamarmu."
"Iya..."
Angela melompat kegirangan. Ia tersenyum lebar sambil menghentak-hentakkan kakinya ke kasur.
"Dia memang baik sekali. Aku menyesal sudah memutusnya dulu." gumam Angela sambil tertawa kecil.
Wu Chun berjalan tergopoh-gopoh dari mobilnya. Tangannya kuat menekan lengannya agar darah tidak mengucur keluar. Sambil tetap membawa koper miliknya, Wu Chun berjalan mondar-mandir mencari keberadaan Angela. Puluhan orang yang berada di sekitarnya melihatinya dengan ngeri. Merasa ngeri dengan darah yang menetes satu-satu membentuk jejak kekhawatiran. Angela!! Kau dimana??
"John Lee?" tegur seorang pria.
"Ka, kau?" Wu Chun terkejut melihat detektif yang ditemuinya di padang Dandelion itu tengah berdiri di depannya.
"Apa yang kau lakukan di sini? Tanganmu kenapa??" Aaron kebingungan melihat darah menetes dari tangan Wu Chun.
"Aaron! Apa kau lihat Angela?!" sergah Wu Chun.
Aaron menekuk alisnya tidak mengerti, "Angela? Pacarmu itukah?"
"Iya!"
"Aku tidak tahu. Bukankah dia bersamamu? Sudahlah, John Lee. Obati dulu lukamu."
"Tidak. Aku harus secepatnya menemukannya!" Wu Chun membalikkan tubuhnya. Ia merasa percuma bicara dengan Aaron.
"John! Berhenti!" Aaron memegang tangan Wu Chun, "Aku berhutang budi padamu. Ikut aku ke hotelku, biar kuobati!" tanpa menunggu persetujuan dari Wu Chun, Aaron menarik Wu Chun masuk ke dalam hotel.
"Aaron! Lepaskan aku! Aku harus pergi!"
Namun sepertinya bagi Aaron tolakan Wu Chun hanyalah sebagai bentuk kesungkanan. Dia terus membawa Wu Chun ke kamar hotelnya dan mengobatinya.
"Duduklah dimanapun kau suka. Aku mau ambil kotak obat." kata Aaron sambil menutup pintu.
"Aaron! Kau tidak mengerti! Aku harus pergi!"
"Cepat lepas jaketmu! Aku mau membersihkan lukanya lebih dulu."
Wu Chun geregetan dibuatnya. Ia lepas jaketnya dan menunjukkan luka tembaknya pada Aaron.
Sekian detik Aaron tercengang, ia menatap luka Wu Chun tanpa berkedip, "Lu, luka tembak??!!! John Lee! Siapa yang menembakmu?!!"
Sedikitpun Wu Chun tidak meladeni pertanyaan Aaron. Diambilnya koper miliknya dan bergegas pergi dari kamar Aaron. Ia tidak peduli Aaron kembali mengejarnya.
"John Lee! Kembali! Kita ke rumah sakit!!" teriak Aaron. Terjadi aksi kejar-kejaran antara Wu Chun dan Aaron di lorong kamar hotel.
"Aku baru tahu ada detektif keras kepala seperti dia!" geram Wu Chun. Ia berlari cepat tanpa mengindahkan lukanya. Tak terbesit sedikitpun di otaknya bahwa sepasang mata tengah mengintainya sekarang.
"Pergilah ke surga!" gumam Jiro.
DORR!!!
"Aagh!!" Wu Chun roboh ke lantai. Sebuah peluru tepat menembus lengan kanannya. Membuatnya semakin tidak berdaya.
Jiro keluar dari tempat persembunyiannya. Berjalan pelan menghampiri Wu Chun yang tengah tertatih-tatih.
"Selamat sore, Pengkhianat!" kata Jiro dengan senyum tipis.
"Jiro??!"
"Menyerahlah, Wu Chun! Kau tak bisa apa-apa sekarang."
"Berhenti!!!" sebuah teriakan menghentikan langkah Jiro. Muncul Aaron dari balik tikungan lorong dengan menodongkan pistol ke arah Jiro.
"Sekali saja melangkah, kepalamu meletus." ancam Aaron sambil berjalan menghadap Jiro. Melihat kesempatan itu, Wu Chun meringsek mundur menjauhi Jiro. Sontak Jiro maju selangkah ke arah Wu Chun.
"Kubilang berhenti!" bentak Aaron.
"Diam kau, Bedebah! Aku tidak punya urusan denganmu!" kata Jiro.
"Kuberitahu kau! Kau salah orang! Dia bukan Wu Chun! Dia itu John Lee!!" kata Aaron tegas.
Jiro hanya memiringkan alisnya mendengar kata-kata Aaron. Sementara Wu Chun menghela nafas panjang sambil geleng-geleng kepala.
"Heh, Detektif, aku memang Wu Chun!!" bisik Wu Chun tidak habis pikir.
"Tapi kau bilang padaku, kau John Lee!" bantah Aaron.
Melihat perdebatan tidak penting itu, Jiro semakin emosi. Tanpa pikir panjang ia meletuskan tembakannya.
"Lari!!!!!" teriak Wu Chun.
"Untung semua laki-laki di bumi ini tidak seperti Wu Chun, menyebalkan dan idiot."
Sementara di kamar lain, Jiro sibuk merakit senjata kesayangannya. Tiba-tiba ponselnya berdering.
"Bocah ingusan itu berhasil lolos dari Danson." kata seseorang di seberang sana. Suaranya terdengar sangat berat.
Jiro tersenyum simpul, "Dia tidak akan lolos dariku."
"Aku percaya kau, Jiro. Gadis itu sudah kau dapatkan?"
"Sudah, Tuan Wei. Kau tenang saja."
"Hahaha! Aku tidak salah memilihmu!"
Jiro melipat ponselnya. Sejenak ia nampak berpikir keras. Dua hal yang sama penting serasa sedang menjepit hatinya sekarang.
Jiro membuka ponselnya lagi.
"Halo..."
"Jiro?"
"Angela, apa nanti malam kau sibuk?"
"Ehm, tidak. Kenapa?"
"Aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Boleh?"
"Ha? Y, ya, tentu saja."
"Baiklah. Kau istirahat saja di kamarmu. Jangan ke mana-mana. Nanti malam kujemput ke kamarmu."
"Iya..."
Angela melompat kegirangan. Ia tersenyum lebar sambil menghentak-hentakkan kakinya ke kasur.
"Dia memang baik sekali. Aku menyesal sudah memutusnya dulu." gumam Angela sambil tertawa kecil.
#########################
Wu Chun berjalan tergopoh-gopoh dari mobilnya. Tangannya kuat menekan lengannya agar darah tidak mengucur keluar. Sambil tetap membawa koper miliknya, Wu Chun berjalan mondar-mandir mencari keberadaan Angela. Puluhan orang yang berada di sekitarnya melihatinya dengan ngeri. Merasa ngeri dengan darah yang menetes satu-satu membentuk jejak kekhawatiran. Angela!! Kau dimana??
"John Lee?" tegur seorang pria.
"Ka, kau?" Wu Chun terkejut melihat detektif yang ditemuinya di padang Dandelion itu tengah berdiri di depannya.
"Apa yang kau lakukan di sini? Tanganmu kenapa??" Aaron kebingungan melihat darah menetes dari tangan Wu Chun.
"Aaron! Apa kau lihat Angela?!" sergah Wu Chun.
Aaron menekuk alisnya tidak mengerti, "Angela? Pacarmu itukah?"
"Iya!"
"Aku tidak tahu. Bukankah dia bersamamu? Sudahlah, John Lee. Obati dulu lukamu."
"Tidak. Aku harus secepatnya menemukannya!" Wu Chun membalikkan tubuhnya. Ia merasa percuma bicara dengan Aaron.
"John! Berhenti!" Aaron memegang tangan Wu Chun, "Aku berhutang budi padamu. Ikut aku ke hotelku, biar kuobati!" tanpa menunggu persetujuan dari Wu Chun, Aaron menarik Wu Chun masuk ke dalam hotel.
"Aaron! Lepaskan aku! Aku harus pergi!"
Namun sepertinya bagi Aaron tolakan Wu Chun hanyalah sebagai bentuk kesungkanan. Dia terus membawa Wu Chun ke kamar hotelnya dan mengobatinya.
"Duduklah dimanapun kau suka. Aku mau ambil kotak obat." kata Aaron sambil menutup pintu.
"Aaron! Kau tidak mengerti! Aku harus pergi!"
"Cepat lepas jaketmu! Aku mau membersihkan lukanya lebih dulu."
Wu Chun geregetan dibuatnya. Ia lepas jaketnya dan menunjukkan luka tembaknya pada Aaron.
Sekian detik Aaron tercengang, ia menatap luka Wu Chun tanpa berkedip, "Lu, luka tembak??!!! John Lee! Siapa yang menembakmu?!!"
Sedikitpun Wu Chun tidak meladeni pertanyaan Aaron. Diambilnya koper miliknya dan bergegas pergi dari kamar Aaron. Ia tidak peduli Aaron kembali mengejarnya.
"John Lee! Kembali! Kita ke rumah sakit!!" teriak Aaron. Terjadi aksi kejar-kejaran antara Wu Chun dan Aaron di lorong kamar hotel.
"Aku baru tahu ada detektif keras kepala seperti dia!" geram Wu Chun. Ia berlari cepat tanpa mengindahkan lukanya. Tak terbesit sedikitpun di otaknya bahwa sepasang mata tengah mengintainya sekarang.
"Pergilah ke surga!" gumam Jiro.
DORR!!!
"Aagh!!" Wu Chun roboh ke lantai. Sebuah peluru tepat menembus lengan kanannya. Membuatnya semakin tidak berdaya.
Jiro keluar dari tempat persembunyiannya. Berjalan pelan menghampiri Wu Chun yang tengah tertatih-tatih.
"Selamat sore, Pengkhianat!" kata Jiro dengan senyum tipis.
"Jiro??!"
"Menyerahlah, Wu Chun! Kau tak bisa apa-apa sekarang."
"Berhenti!!!" sebuah teriakan menghentikan langkah Jiro. Muncul Aaron dari balik tikungan lorong dengan menodongkan pistol ke arah Jiro.
"Sekali saja melangkah, kepalamu meletus." ancam Aaron sambil berjalan menghadap Jiro. Melihat kesempatan itu, Wu Chun meringsek mundur menjauhi Jiro. Sontak Jiro maju selangkah ke arah Wu Chun.
"Kubilang berhenti!" bentak Aaron.
"Diam kau, Bedebah! Aku tidak punya urusan denganmu!" kata Jiro.
"Kuberitahu kau! Kau salah orang! Dia bukan Wu Chun! Dia itu John Lee!!" kata Aaron tegas.
Jiro hanya memiringkan alisnya mendengar kata-kata Aaron. Sementara Wu Chun menghela nafas panjang sambil geleng-geleng kepala.
"Heh, Detektif, aku memang Wu Chun!!" bisik Wu Chun tidak habis pikir.
"Tapi kau bilang padaku, kau John Lee!" bantah Aaron.
Melihat perdebatan tidak penting itu, Jiro semakin emosi. Tanpa pikir panjang ia meletuskan tembakannya.
"Lari!!!!!" teriak Wu Chun.
---------------------------
Bersambung ke Part 8
Tidak ada komentar:
Posting Komentar