My Wrong Girlfriend / part 8 [taiwan fanfiction]
Title : My Wrong Girlfriend
Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess
Genre : Action, Romance
Cast :
- Wu Chun
- Angela Zhang
- Jiro Wang
- Calvin Chen
- Aaron Yan
- Danson Tang
"Lari!!!!!" teriak Wu Chun. Serta merta Aaron mengikutinya berlari ke dalam lift. Jiro berdesis marah melihat mangsanya lagi-lagi menghilang. Ia berlari menyusul Wu Chun dan Aaron lewat tangga darurat. Namun tiba-tiba Angela datang dan mencegatnya.
"Jiro! Kenapa ada bunyi tembakan?! Apa yang terjadi?" tanya Angela.
Jiro melunakkan wajahnya, "Itu bunyi televisi. Kembalilah ke kamarmu." jawab Jiro sambil tersenyum. Didorongnya Angela ke dalam kamarnya. Sejurus kemudian ia kembali meneruskan pengejarannya.
"Kenapa kau bohong padaku kalau kau adalah John Lee?!" tanya Aaron di dalam lift.
"Apa menurutmu itu sangat penting untuk dibahas sekarang, ha??" bantah Wu Chun.
Lift berhenti tepat di lantai tiga, tempat ruang makan hotel mewah itu. Wu Chun dan Aaron meringkuk di bawah lemari penghias.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa dia bernafsu untuk membunuhmu?" tanya Aaron.
"Tidak ada waktu untuk mendongeng." jawab Wu Chun sambil memasukkan semua senjata dari dalam kopernya ke sekujur tubuhnya.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Aaron.
"Tempat ini mungkin sudah di kepung. Akan ada banyak orang yang ingin membunuhku."
"Ha??"
"Jiro!" panggil beberapa orang pria yang berpapasan dengan Jiro.
"Bagus kalian datang. Dia bersembunyi di hotel ini. Habisi dia bagaimanapun caranya!!"
Kelima pria berjas hitam itu menyebar di sela-sela pengunjung hotel. Mereka berjalan cepat dan meneliti tiap sudut untuk menemukan Wu Chun.
"Ck, Jerry!" desis Wu Chun melihat seorang pria berjalan di antara meja makan.
"Siapa?" tanya Aaron.
"Dia temanku." jawab Wu Chun singkat. Mendengar jawaban Wu Chun, tiba-tiba saja Aaron berdiri dan melambaikan tangannya.
"Hei! Jerry!!" panggil Aaron. Tentu saja Wu Chun terkejut bukan main. Matanya membelalak sampai mau lepas.
"Apa yang kau lakukan, Sinting?!!" bentak Wu Chun sambil menyeret Aaron ke bawah.
"Kau bilang dia temanmu!"
"Tapi dia musuh kita sekarang!"
"Ha??"
Jerry berjalan mendekat ke arah Wu Chun dan Aaron bersembunyi. Tanpa menunggu lagi, Wu Chun langsung menembak jatuh Jerry.
Melihat rekannya roboh, tiga orang lainnya menyerbu Wu Chun dengan tembakan. Seketika ruang makan itu menjadi hiruk pikuk. Pengunjung hotel dan pelayan berlarian tak tentu arah menyelamatkan diri. Suara letusan peluru riuh rendah bersahutan dengan suara jeritan dan tangisan.
"John Lee! Kita terdesak! Kita kalah jumlah!" kata Aaron sambil berusaha keras menembaki ketiga pria itu.
"Harus berapa kali aku bilang padamu?! Namaku Wu Chun, bukan John Lee!!"
Wu Chun dan Aaron semakin terdesak mundur. Melihat jumlah pelurunya yang semakin menipis, akhirnya keduanya memutuskan lari dari tempat itu.
Tak berselang setelah itu, ketiga pria yang menembaki Wu Chun menyadari sasarannya telah menghilang. Mereka langsung berpencar untuk menemukan Wu Chun kembali.
Jiro berjalan di sepanjang lorong hotel sambil mengotak-atik handphonenya.
"Jiro!" tegur seorang pria yang tiba-tiba muncul di lorong itu.
"Vanness? Sudah kau dapatkan dia?"
"Tidak! Dia menghilang lagi!"
Saat hendak bergegas pergi, tiba-tiba Angela keluar dari salah satu kamar di lorong itu. Wajahnya risau menyiratkan banyak pertanyaan.
"Jiro! Ada yang aneh! Dari tadi aku mendengar bunyi tembakan. Sebenarnya apa yang terjadi?"
"Angela, tidak terjadi apapun di sini. Kau masuklah ke kamar." jawab Jiro berbohong. Tangannya lembut mendorong pundak Angela agar masuk ke kamarnya.
"Jiro, perasaanku tidak enak." kata Angela.
"Kau pasti cape. Istirahatlah." Jiro membelai pipi Angela dan berusaha mendorongnya masuk. Tanpa diduga Wu Chun berlari melewati persimpangan lorong itu.
"Angela!!!" panggil Wu Chun. Wajahnya pucat pasi melihat Angela tengah berhadapan dengan Jiro.
"Wu Chun! Hei, kau darimana??" teriak Angela kegirangan.
DORR!!!
Jiro meletuskan tembakannya ke arah Wu Chun berdiri. Sontak Wu Chun berlari menghindar.
"Jiro??! Apa yang kau lakukan!? Kenapa kau menembaknya?!!" Angela terkejut bukan main melihat kejadian itu. Benar-benar tidak ia mengerti kenapa Jiro malah menembak temannya.
"Vanness! Kejar dia!" perintah Jiro. Vanness berlari lincah sambil mengacungkan pistolnya.
"Jiro!!! Hentikan! Apa yang kau lakukan??!" teriak Angela sambil mencoba berlari ke arah Wu Chun pergi. Namun Jiro memeganginya dengan kuat.
"Angela! Cepatlah masuk ke kamar!!" bentak Jiro.
"Tidak!! Lepaskan aku!"
"Angela! Aku akan menyelamatkanmu dan membawamu pergi dari sini! Kau bersembunyilah di dalam kamar!!!"
"Tapi kenapa kau menembak Wu Chun!!?"
"Berhentilah menanyakan itu! Dengar Angela! Jangan sampai mereka menemukanmu! Jika tugasku selesai, aku akan membawamu pergi jauh dari sini!!!"
"Jiro?! Jangan-jangan kau orang suruhan Tuan Wei!?"
"Jangan banyak bicara! Cepat masuk!!" Jiro mendorong tubuh Angela kuat-kuat. Ia cukup kewalahan menahan tubuh Angela yang tidak berhenti meronta-ronta.
"Jiro!! Tidak!! Kau tidak boleh membunuhnya!!!" teriak Angela. Air matanya beruraian menghujani lantai. Sedikitpun tangisan itu tak didengar oleh Jiro. Ia menghempaskan Angela ke dalam kamar dan mengunci pintunya dari luar.
"Jiro!! Jangan bunuh dia! Jangan bunuuuh!!!" Angela berusaha membuka pintu kamar hotelnya. Tangisannya semakin keras begitu sadar pintu itu tidak bisa dibuka.
Jiro melirik sepintas ke arah pintu kamar Angela yang tertutup rapat. Tangisan Angela tak lebih dari angin lalu baginya. Jiro segera berlari ke arah Wu Chun menghilang.
"Buka pintunya!!! Jiro! Kau bodoh!! Buka pintunya! Dengarkan aku!! Kau tidak boleh membunuhnya!!!" tangan kecil Angela menghantam-hantam ke pintu dengan kerasnya. Sepercik darah menetes perlahan keluar. Membentuk motif-motif kemerahan di pintu.
"Jirooo!! Jangan bunuh dia!! Aku mohon! Aku mohon jangan bunuh dia!!" air mata Angela semakin deras mengalir. Gebrakan tangan Angela mulai tak bersuara. Lunglai. Tubuh Angela melorot ke bawah. Ia terus mengulang-ulang kalimat yang sama di sela-sela isakannya.
"Jiro, aku mohon jangan bunuh dia~...."
Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess
Genre : Action, Romance
Cast :
- Wu Chun
- Angela Zhang
- Jiro Wang
- Calvin Chen
- Aaron Yan
- Danson Tang
#########################
"Lari!!!!!" teriak Wu Chun. Serta merta Aaron mengikutinya berlari ke dalam lift. Jiro berdesis marah melihat mangsanya lagi-lagi menghilang. Ia berlari menyusul Wu Chun dan Aaron lewat tangga darurat. Namun tiba-tiba Angela datang dan mencegatnya.
"Jiro! Kenapa ada bunyi tembakan?! Apa yang terjadi?" tanya Angela.
Jiro melunakkan wajahnya, "Itu bunyi televisi. Kembalilah ke kamarmu." jawab Jiro sambil tersenyum. Didorongnya Angela ke dalam kamarnya. Sejurus kemudian ia kembali meneruskan pengejarannya.
###############################
"Kenapa kau bohong padaku kalau kau adalah John Lee?!" tanya Aaron di dalam lift.
"Apa menurutmu itu sangat penting untuk dibahas sekarang, ha??" bantah Wu Chun.
Lift berhenti tepat di lantai tiga, tempat ruang makan hotel mewah itu. Wu Chun dan Aaron meringkuk di bawah lemari penghias.
"Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa dia bernafsu untuk membunuhmu?" tanya Aaron.
"Tidak ada waktu untuk mendongeng." jawab Wu Chun sambil memasukkan semua senjata dari dalam kopernya ke sekujur tubuhnya.
"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Aaron.
"Tempat ini mungkin sudah di kepung. Akan ada banyak orang yang ingin membunuhku."
"Ha??"
#####################
"Jiro!" panggil beberapa orang pria yang berpapasan dengan Jiro.
"Bagus kalian datang. Dia bersembunyi di hotel ini. Habisi dia bagaimanapun caranya!!"
Kelima pria berjas hitam itu menyebar di sela-sela pengunjung hotel. Mereka berjalan cepat dan meneliti tiap sudut untuk menemukan Wu Chun.
"Ck, Jerry!" desis Wu Chun melihat seorang pria berjalan di antara meja makan.
"Siapa?" tanya Aaron.
"Dia temanku." jawab Wu Chun singkat. Mendengar jawaban Wu Chun, tiba-tiba saja Aaron berdiri dan melambaikan tangannya.
"Hei! Jerry!!" panggil Aaron. Tentu saja Wu Chun terkejut bukan main. Matanya membelalak sampai mau lepas.
"Apa yang kau lakukan, Sinting?!!" bentak Wu Chun sambil menyeret Aaron ke bawah.
"Kau bilang dia temanmu!"
"Tapi dia musuh kita sekarang!"
"Ha??"
Jerry berjalan mendekat ke arah Wu Chun dan Aaron bersembunyi. Tanpa menunggu lagi, Wu Chun langsung menembak jatuh Jerry.
Melihat rekannya roboh, tiga orang lainnya menyerbu Wu Chun dengan tembakan. Seketika ruang makan itu menjadi hiruk pikuk. Pengunjung hotel dan pelayan berlarian tak tentu arah menyelamatkan diri. Suara letusan peluru riuh rendah bersahutan dengan suara jeritan dan tangisan.
"John Lee! Kita terdesak! Kita kalah jumlah!" kata Aaron sambil berusaha keras menembaki ketiga pria itu.
"Harus berapa kali aku bilang padamu?! Namaku Wu Chun, bukan John Lee!!"
Wu Chun dan Aaron semakin terdesak mundur. Melihat jumlah pelurunya yang semakin menipis, akhirnya keduanya memutuskan lari dari tempat itu.
Tak berselang setelah itu, ketiga pria yang menembaki Wu Chun menyadari sasarannya telah menghilang. Mereka langsung berpencar untuk menemukan Wu Chun kembali.
##################
Jiro berjalan di sepanjang lorong hotel sambil mengotak-atik handphonenya.
"Jiro!" tegur seorang pria yang tiba-tiba muncul di lorong itu.
"Vanness? Sudah kau dapatkan dia?"
"Tidak! Dia menghilang lagi!"
Saat hendak bergegas pergi, tiba-tiba Angela keluar dari salah satu kamar di lorong itu. Wajahnya risau menyiratkan banyak pertanyaan.
"Jiro! Ada yang aneh! Dari tadi aku mendengar bunyi tembakan. Sebenarnya apa yang terjadi?"
"Angela, tidak terjadi apapun di sini. Kau masuklah ke kamar." jawab Jiro berbohong. Tangannya lembut mendorong pundak Angela agar masuk ke kamarnya.
"Jiro, perasaanku tidak enak." kata Angela.
"Kau pasti cape. Istirahatlah." Jiro membelai pipi Angela dan berusaha mendorongnya masuk. Tanpa diduga Wu Chun berlari melewati persimpangan lorong itu.
"Angela!!!" panggil Wu Chun. Wajahnya pucat pasi melihat Angela tengah berhadapan dengan Jiro.
"Wu Chun! Hei, kau darimana??" teriak Angela kegirangan.
DORR!!!
Jiro meletuskan tembakannya ke arah Wu Chun berdiri. Sontak Wu Chun berlari menghindar.
"Jiro??! Apa yang kau lakukan!? Kenapa kau menembaknya?!!" Angela terkejut bukan main melihat kejadian itu. Benar-benar tidak ia mengerti kenapa Jiro malah menembak temannya.
"Vanness! Kejar dia!" perintah Jiro. Vanness berlari lincah sambil mengacungkan pistolnya.
"Jiro!!! Hentikan! Apa yang kau lakukan??!" teriak Angela sambil mencoba berlari ke arah Wu Chun pergi. Namun Jiro memeganginya dengan kuat.
"Angela! Cepatlah masuk ke kamar!!" bentak Jiro.
"Tidak!! Lepaskan aku!"
"Angela! Aku akan menyelamatkanmu dan membawamu pergi dari sini! Kau bersembunyilah di dalam kamar!!!"
"Tapi kenapa kau menembak Wu Chun!!?"
"Berhentilah menanyakan itu! Dengar Angela! Jangan sampai mereka menemukanmu! Jika tugasku selesai, aku akan membawamu pergi jauh dari sini!!!"
"Jiro?! Jangan-jangan kau orang suruhan Tuan Wei!?"
"Jangan banyak bicara! Cepat masuk!!" Jiro mendorong tubuh Angela kuat-kuat. Ia cukup kewalahan menahan tubuh Angela yang tidak berhenti meronta-ronta.
"Jiro!! Tidak!! Kau tidak boleh membunuhnya!!!" teriak Angela. Air matanya beruraian menghujani lantai. Sedikitpun tangisan itu tak didengar oleh Jiro. Ia menghempaskan Angela ke dalam kamar dan mengunci pintunya dari luar.
"Jiro!! Jangan bunuh dia! Jangan bunuuuh!!!" Angela berusaha membuka pintu kamar hotelnya. Tangisannya semakin keras begitu sadar pintu itu tidak bisa dibuka.
Jiro melirik sepintas ke arah pintu kamar Angela yang tertutup rapat. Tangisan Angela tak lebih dari angin lalu baginya. Jiro segera berlari ke arah Wu Chun menghilang.
"Buka pintunya!!! Jiro! Kau bodoh!! Buka pintunya! Dengarkan aku!! Kau tidak boleh membunuhnya!!!" tangan kecil Angela menghantam-hantam ke pintu dengan kerasnya. Sepercik darah menetes perlahan keluar. Membentuk motif-motif kemerahan di pintu.
"Jirooo!! Jangan bunuh dia!! Aku mohon! Aku mohon jangan bunuh dia!!" air mata Angela semakin deras mengalir. Gebrakan tangan Angela mulai tak bersuara. Lunglai. Tubuh Angela melorot ke bawah. Ia terus mengulang-ulang kalimat yang sama di sela-sela isakannya.
"Jiro, aku mohon jangan bunuh dia~...."
--------------------------
Bersambung ke Part 9
Tidak ada komentar:
Posting Komentar