Selasa, 15 Mei 2012

A Rainfall In Your Eyes (Part 1)

Taiwan fanfiction

Title : A Rainfall In Your Eyes

Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess

Genre : Romance

Cast :

Aaron Yan   as Yan Ya Lun (Member of Fahrenheit)

Asfihani Chun   as Liu Yan Shi (Girl of PudDing)

Fabien    as Xiao Yu (Member of Lollipop)



           "Yeeeeii! Sudah ku bilang kan kita akan menang!!"

           "Yeah! Kau hebat, Ya Lun!"

           "Semoga tim kita menang lagi di musim selanjutnya!"

           "Bersulang!"

           "Dan untuk pembalap kita!"

           "Bersulang untuk, Ya Lun!"

           "Hahaha! Bersulang untuk kita semua!"

           Toass!

           Gerombolan laki-laki yang duduk memutar di sofa itu terdengar riuh rendah tertawa dan berteriak. Gelas-gelas bir berdentingan seiring pancaran kegembiraan di wajah mereka. Itu hanya pesta kecil perayaan kemenangan tim mereka yang berhasil menjuarai pertandingan balap sepeda motor. Pesta yang sebenarnya bukanlah di bar ini. Pesta yang lebih besar dan lebih meriah, adalah di hati masing-masing kru yang sudah bekerja keras demi kemenangan.

           Termasuk Yan Ya Lun, pembalap muda nan berbakat yang senantiasa mereka elu-elukan. Wajar jika dia lah maskot di pesta ini.

           "Hei! Xiao Yu! Kau mau tambah?" kata Ya Lun sambil menyodorkan sebotol minuman pada sahabatnya.

           "Kau lihat gadis itu?" tiba-tiba Xiao Yu bertanya tanpa mengindahkan kata-kata Ya Lun.

           "Hm? Gadis yang sedang menyanyi itu?" tanya Ya Lun sambil memicingkan matanya ke arah pentas bar.

           "Bukan! Wanita berpakaian vulgar seperti itu bukan tipeku! Gadis di sebelahnya yang memegang gitar."

           Ya Lun kemudian menolehkan wajahnya ke sisi kiri pentas. Tempat gadis berambut panjang itu memainkan gitar.

           "Cantik bukan?" sebuang senyum terkembang di bibir Xiao Yu.

           "Ahahahaha! Kau menyukainya??" ledek Ya Lun.

           Tiba-tiba Ya Lun berdiri dari kursi dan melambaikan tangannya tinggi-tinggi, "Heeei!! Nona yang memegang gitaar!"

            “Ya Lun!” seketika Xiao Yu menarik Ya Lun ke bawah. Semburat rona merah menyebar di wajahnya.

            “Heah!!! Dasar mental ayam kau!”

            “Aku malu, bodoh!!” ujar Xiao Yu sebal. Sementara Ya Lun semakin beringas meledek Xiao Yu yang sepertinya ada hati dengan gadis berambut lurus itu.

##########################

           Kebisingan jalanan Kota Taipei timbul tenggelam bersahutan dengan suara orang yang sibuk lalu lalang di sepanjang trotoar. Sekalipun sinar matahari terasa menyengat kulit, ribuan manusia ini masih saja tak bergeming dari aktivitasnya.

           Dari arah tikungan jalan terlihat Ya Lun dan motornya melaju kencang membelah rentangan aspal hitam. Tak berselang kemudian dia menepikan motornya di depan sebuah toko. Setelah memarkir motornya, Ya Lun berjalan menuju ke sebuah toko sambil memainkan kunci motornya. Tiba-tiba kunci kecil dengan gantungan miniatur mobil itu terlepas dari tangan Ya Lun dan terjatuh ke trotoar. Seorang gadis yang kebetulan sedang berdiri di sana mengambil kunci itu, bersamaan dengan Ya Lun yang membungkukkan tubuhnya hendak mengambilnya pula. Sejenak Ya Lun dan gadis berbaju putih itu saling pandang.

            “Ini milikmu?” Tanya gadis itu.

            “Iya. Terima kasih.” Jawab Ya Lun sambil tersenyum.

            “Sama-sama.” Jawabnya singkat, kemudian berlalu meninggalkan Ya Lun.

            “Eh! Tunggu, Nona!” teriak Ya Lun tiba-tiba lalu menyusul gadis itu.

            “Iya? Ada apa?”

            “Kau gadis yang memainkan gitar di bar kan?”

           Gadis polos itu hanya memandang Ya Lun bingung.

            “Bar di sebelah barat sungai Sin Tian. Bar la, la….”

            “La Devience….”

            “Ya, benar!”

            “Iya, aku tampil di sana malam rabu lalu. Kau laki-laki yang berteriak itu kan?”

            “Hahaha… benar.” Jawab Ya Lun sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

           Gadis berambut panjang itu tertawa kecil melihat gelagat Ya Lun yang tampak malu-malu mengingat tingkah memalukannya di bar.

            “Aku boleh tahu namamu? Aku Yan Ya Lun.” Ujar Ya Lun sambil menyodorkan tangannya.

            “Aku Liu Yan Shi.” Jawab gadis itu sambil menyambut tangan Ya Lun.

            “Sebenarnya salah seorang temanku menyukaimu. Hahaha. Dia pasti senang jika kuberitahu namamu.”

            “Benarkah?” kali ini giliran Yan Shi yang tersipu malu.

            “Benar. Dia tidak berhenti memandangimu waktu di bar. Oh ya, boleh kuminta nomor handphonemu?” Tanya Ya Lun sambil mengeluarkan ponselnya dari sakku jaketnya.

           Keduanya saling bertukar nomor handphone di tepi jalan yang ramai itu. Setelah saling berpamitan, keduanya berpisah dan berjalan ke arah yang berlainan. Hati Ya Lun berbungah. Tak sabar melihat respon Xiao Yu mendengar apa yang baru saja didapatnya.

#################################

            “Heii! Kemana saja kau? Tuan Cheung tiga kali menanyakanmu padaku.” Pertanyaan Xiao Yu menyambut kedatangan Ya Lun begitu Ya Lun membuka pintu rumah.

            “Kau dari kantor?” kata Ya Lun balik bertanya.

            “Jaga tingkahmu. Akan ada banyak jumpa pers dan wawancara yang harus kau hadiri setelah ini.”

            “Hoaaahm….. ini dia tidak enaknya menang balapan. Aku cape. Kau saja yang menggantikan.”

            “Enak saja kau!”

            “Tenang. Kau akan mendapatkan imbalan setimpal.”

            “Sudahlah, Ya Lun. Aku bosan ditraktir.”

            “Bukan. Kali ini imbalannya cantik.”

            “Bicara apa kau?”

            “Ingat gadis di pemain gitar?”

           Xiao Yu membelalakkan matanya.

            “Mak, maksudmu??”

            “Siapa ya namanya?” Ya Lun memegangi keningnya berpura-pura sedang berpikir keras.

            “He!!! Apa maksudmu? Kau tahu namanya?” Xiao Yu bingung melihat tingkah Ya Lun.

            “Lebih dari itu. Lihat!!” Ya Lun membuka daftar nama di handphonenya lalu menyodorkannya ke wajah Xiao Yu, “Nomor handphonenya!! Huahahaha!”

            “APA???”

           Ya Lun langsung menarik ponselnya ke atas.

            “Eit!! Kerja dulu, baru upah.”

            “Baik! Baik! Aku akan menggantikanmu jumpa pers dan wawancara. Sekarang, berikan handphone itu padaku!” kata Xiao Yu tidak sabar. Hatinya senang tak terkira akhirnya akan segera bersua dengan gadis yang terus mengganggu tidurnya itu.

           Ya Lun kegirangan melihat tingkah Xiao Yu. Ditarik ulurnya  ponselnya dan berlari mengitari seluruh isi rumah. Xiao Yu yang matanya telah dibutakan rasa gembira terus saja mengomel dan mengejar Ya Lun. Membuat Ya Lun semakin tak kuasa menahan tawa.

#######################################

           Yan Ya Lun            : Liu Yan Shi, apa kabar?

           Liu Yan Shi            : Baik. Kau, Ya Lun?

           Yan Ya Lun            : Aku juga baik. Kau ada acara sabtu malam besok?

           Liu Yan Shi            : Tidak. Kenapa?

           Yan Ya Lun            : Temanku ingin bertemu denganmu. Kau tidak keberatan kan?

           Liu Yan Shi            : Tentu saja tidak.

           Yan Ya Lun            : Di kafe Mater Day, jam 7 tepat ya…

           Liu Yan Shi            : Baik…

           Yess! Hati Ya Lun menjerit senang begitu membaca balasan sms dari Yan Shi. Disusunnya rencana rahasia untuk mempertemukan Xiao Yu dan Yan Shi tanpa sepengetahuan Xiao Yu. Ya Lun semakin tak bias menahan tawa membayangkan bagaimana ekspresi wajah sahabatnya itu begitu bertemu Yan Shi secara langsung. Entah apa dia akan menjadi kaku sekeras besi karena gugup, atau hanya diam karena malu, atau malah pingsan di tempat. Ya Lun  semakin keras cekikikan di kamarnya berfantasi tentang Xiao Yu.

################## 
Bersambung ke Part 2

Tidak ada komentar:

Posting Komentar