Selasa, 15 Mei 2012

A Rainfall In Your Eyes (Part 2)

Title : A Rainfall In Your Eyes

Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess

Genre : Romance

Cast :

Aaron Yan   as Yan Ya Lun (Member of Fahrenheit)

Asfihani Chun   as Liu Yan Shi (Girl of PudDing)

Fabien    as Xiao Yu (Member of Lollipop)


######################

           "Liu Yan Shi!" sapa Ya Lun dari arah pintu kafe sambil melambaikan tangan.

           Yan Shi membalas sapaan Ya Lun dengan senyum manis di wajahnya.

           "Maaf, aku terlambat." kata yalun dengan nafas memburu.

           "Tidak apa-apa." balas Yan Shi, "jadi, mana temanmu?" tanya Yan Shi heran melihat Ya Lun datang sendirian.

           "Sebentar lagi dia datang." jawab Ya Lun sambil duduk di kursi di hadapan Yan Shi.
           "Apa ini?" tanya Ya Lun sambil mengambil sebuah kertas yang berserakan di atas meja.

           "Itu not-not lagu."

           "Kau yang membuatnya?"

           "Iya."

           "Waow, ternyata kau seorang pencipta lagu ya?"

           "Yah, kurang lebih seperti itu."

           Keduanya tenggelam dalam obrolan hangat. Ya Lun tertarik dengan Yan Shi yang suka mencipta lagu. Baru kali ini dia bertemu dengan gadis unik yang memiliki bakat luar biasa dalam membuat lagu. Laki-laki dengan hobi balapan seperti dia mana pernah berhubungan dengan hal sensitif seperti mencipta lagu, yang membutuhkan seni dan perasaan yang mendalam.

           "Jadi, dua puluh menit menungguku kau sudah menciptakan sebuah lagu?"

           "Begitulah..."

           "Kau hebat sekali. Harusnya kau jadi musisi terkenal. Aku yakin kau akan mengalahkan musisi-musisi papan atas."
           "Hahaha! Itu cita-citaku dari dulu, Ya Lun."

           "Semangat, Yan Shi!" kata Ya Lun sambil mengepalkan tangannya.

           "Lalu kau? Kau kerja apa?"

           "Ah, kau tak perlu tahu tentangku. Aku tak lebih dari bocah yang suka ugal-ugalan."

           "Kau preman, ya?"

           "Haha! Tega sekali kau berpikir seperti itu."

           "Lalu apa?"

           "Aku suka balapan."

           "Oh, balapan..." Yan Shi manggut-manggut sambil merapikan kertas-kertas yang berserakan di depannya. "Tunggu dulu! Namamu Yan Ya Lun 'kan?"

           "Kenapa? Kau lupa namaku?"
           "Jangan-jangan, kau Yan Ya Lun, pembalap yang menangkan Moto GP di Beijing minggu lalu, ya?"

           "Y, ya~.,"

           "Wah, tak ku sangka aku bisa bertemu orang sekeren kau."

           Satu jam berlalu. Keduanya tak henti-hentinya saling membicarakan kegemaran masing-masing. Hingga akhirnya Ya Lun merasakan sebuah kejanggalan. Xiao Yu, orang yang menjadi tokoh utama di pertemuan malam ini tak kunjung datang.

           "Mungkin temanmu tidak tahu tempatnya."

           "Entahlah. Biar kuhubungi dia."

           Ya Lun mengeluarkan handphonenya, lalu menekan tombol-tombok angka untuk menelepon Xiao Yu. Sekian menit menunggu Xiao Yu tak juga mengangkat telpon Ya Lun. Hingga tiga kali Ya Lun menghubungi Xiao Yu, telpon Ya Lun masih juga tak diangkat.
           Akhirnya Ya Lun memilih menghubungi kantor.

           "Wei..."

           "Wei. Tuan Ceung, Xiao Yu ada?"

           "Oh, kau, Ya Lun. Bagaimana keadaanmu? Katanya kau sakit ya?"

           "O, oh, iya, iya, uhuk uhuk..." segera Ya Lun berpura-pura sakit untuk mengelabuhi Tuan Ceung. "Xiao Yu ada? Aku mau menanyakan obatku padanya."

           "Bagaimana kau ini? Bukankah Xiao Yu sedang ke Jepang."

           "Jepang? Ada apa?"

           "Tentu saja menggantikanmu wawancara. Kau tidak tahu?"

           "Oh, begitu." Ya Lun memukul kepalanya, "Aduh, aku lupa." batin Ya Lun.

           "Kau tidak apa-apa, Ya Lun? Apa perlu aku yang membelikanmu obat?"

           "Tidak, tidak perlu, Tuan Ceung. Aku sudah baikan. Haha. Selamat malam." segera Ya Lun menutup teleponnya untuk menghindari agar Tuan Ceung tidak mendatanginya.
Semburat rasa bingung mulai muncul di wajah Ya Lun. Otaknya berpikir keras. Bagaimana sekarang? Apa yang harus dia lakukan pada Yan Shi yang sudah satu jam lebih menunggu?

          "Ada apa?" tanya Yan Shi.

          "Maaf, Yan Shi. Ternyata Xiao Yu tidak bisa datang."

          "Oh, tidak apa-apa." Yan Shi tersenyum, "Lagi pula kau sudah menemaniku dari tadi 'kan."

          "Sebagai gantinya aku akan mengantarmu pulang."

          "Tidak. Aku tidak mau merepotkanmu."

          "Tidak, Yan Shi. Aku benar-benar merasa bersalah padamu. Biar aku yang mengantarmu pulang."

          Karena terus memaksa, akhirnya Yan Shi membiarkan Ya Lun mengantarnya pulang ke apartemennya. Awalnya Yan Shi merasa takut untuk menaiki motor besar milik Ya Lun. Atas bujukan Ya Lun dia akhirnya mau menaikinya. Begitu setengah jalan Yan Shi malah tertawa keras dan merentangkan tangannya melawan angin.

          "Heei! Kau bisa jatuh!" teriak Ya Lun sambil mengemudikan motornya.

          "Huaaaa....! Menyenangkan sekali! Baru kali ini aku naik motor seperti ini."

          "Hahaha! Benarkah?"

          "Yuhuuuu......"

          "Bagaimana kalau satu putaran lagi?"

          "Baik!! Ayo keliling Taiwan. Hahaha!" teriak Yan Shi penuh semangat.

          "Ok! Majuuuu!" teriak Ya Lun menimpali. Keduanya menyusuri jalanan di Kota Taipei dengan luapan rasa senang.

           Bermula dari sinilah Ya Lun mulai merasakan desiran-desiran aneh di hatinya. Hatinya selalu bergetar senang tiap melihat dan mendengar suara Yan Shi. Setiap tingkah Yan Shi, bahkan sampai kedipan matanya pun, tak luput dari perhatian Ya Lun. Debaran di dadanya tak kunjung berhenti sekalipun dia terlelap tidur. Kerlingan mata Yan Shi yang indah selalu menari-nari dalam mimpinya. Ya Lun selalu merasa rindu dan ingin berada di samping Yan Shi tiap waktu. Hampir tiap hari Ya Lun mengajak Yan Shi jalan-jalan dengan motornya ke berbagai tempat sekedar untuk mendengarkan suara Yan Shi. Tentu saja semua itu dia lakukan tanpa sepengetahuan Xiao Yu.

          Semua rasa bersalah yang menyembul dihatinya dia tepis jauh-jauh. Rasa bersalah karena telah mencintai orang yang dicintai sahabatnya, masih kalah dengan rasa sayangnya pada Yan Shi. Tak ingin sedetikpun terlewat tanpa Yan Shi di hatinya.

          Namun sepandai apapun menyembunyikan bangkai, baunya pasti tercium jua. Tanpa sengaja suatu kali Xiao Yu mendengar percakapan Ya Lun dan Yan Shi di telepon. Tak pernah sebelumnya dia mendengar Ya Lun berbicara sehalus dan seromantis itu. Tapi segera Xiao Yu membuang kecurigaannya itu terhadap sahabatnya.

          Namun di hari berikutnya tampaknya Xiao Yu memang harus benar-benar menelan kepahitan. Satu jam setelah berada di sebuah kantor stasiun TV untuk wawancara, Xiao Yu memutuskan kembali ke rumah untuk mengambil buku agendanya yang tertinggal. Di sinilah matanya dipaksa melihat pemandangan yang mengiris-iris hatinya. Benar ternyata kecurigaannya selama ini, Ya Lun memiliki hubungan khusus dengan gadis yang dicintainya.

          Xiao Yu langsung menutup kembali pintu rumah begitu ia melihat Ya Lun dan Yan Shi tengah bercanda dengan mesranya di ruang tamu. Xiao Yu segera berlari ke dalam mobilnya, sementara Ya Lun dengan gesit mengejarnya dari belakang.

          "Xiao Yu!!!!" Ya Lun mencengkeram tangan Xiao Yu yang hendak membuka pintu mobil. Xiao Yu tak bergeming. Dadanya kembang kempis menahan amarah.

          "Jadi ini yang selama ini kau lakukan di belakangku??"

          "Xiao Yu. Dengarkan dulu penjelasanku!-

          "Kau tidak perlu menjelaskan apapun! Kau sengaja membuatku sibuk dengan semua wawancaramu 'kan??! Hingga aku tak punya waktu menemuinya. Benar, ha?!!"

          "Tidak. Xiao Yu, aku~..."

          Duaaggh!!

          Xiao Yu menghantamkan kepalan tangannya ke wajah Ya Lun. Ya Lun langsung terpelanting ke kanan mengenai bodi mobil dengan kerasnya sebelum akhirnya dia tersungkur ke tanah.

          Xiao Yu langsung meraih kerah Ya Lun.

          "Kau tahu aku mencintainya! Dan kau malah merebutnya dariku!'"

          "Maafkan aku." kata Ya Lun lemah beriringan dengan darah yang mengucur dari bibir dan hidungnya.

          "Bangsat kau!!" Xiao Yu langsung menghempaskan Ya Lun ke tanah, lalu masuk ke mobilnya. Xiao Yu pergi meninggalkan Ya Lun dengan amarah dan rasa cemburu yang memuncak.

------------------------------------
Bersambung ke Part 3.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar