Selasa, 15 Mei 2012

A Rainfall In Your Eyes (Part 3)

Title : A Rainfall In Your Eyes

Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess

Genre : Romance

Cast :

Aaron Yan   as Yan Ya Lun (Member of Fahrenheit)

Asfihani Chun   as Liu Yan Shi (Girl of PudDing)

Fabien    as Xiao Yu (Member of Lollipop)



          Xiao Yu langsung menghempaskan Ya Lun ke tanah, lalu masuk ke mobilnya. Xiao Yu pergi meninggalkan Ya Lun dengan amarah dan rasa cemburu yang memuncak.

        Ya Lun tidak tahu harus berbuat apa lagi. Yang dia tahu sejak saat itu tak lagi pernah didapatinya Xiao Yu kembali ke rumahnya. Entah apa Xiao Yu kembali ke apartemen lamanya, atau tinggal di tempat lain.

        Ya Lun hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri. Kenapa perasaan itu harus muncul? Mengapa getaran-getaran aneh itu muncul di hatinya? Dia lancang mencintai gadis yang terlebih dulu dicintai oleh sahabatnya. Ya Lun semakin jauh terkungkung dalam bui penyesalan.

        Rumah besarnya kini tak lebih dari sebuah kuburan. Tak ada lagi tawa canda atau pertengkaran kecil seperti yang biasa terjadi antara dia dan Xiao Yu. Ya Lun menjalani hari-harinya dengan sepi nan membosankan.

        Kini hanya satu hal yang ada di hati Ya Lun. Setelah membuat sahabatnya terluka dan pergi darinya, tinggallah Yan Shi seorang yang mengisi hari-harinya. Tak lagi mau dia melukai orang yang sangat disayanginya. Dia berjanji akan menjaga dan mencintai Yan Shi dengan seluruh hidupnya.

                #######

        Siang itu dengan malas Ya Lun mengeluarkan motornya dari garasi. Entah sudah berapa hari dia tak mengendarainya. Ya Lun hanya menghabiskan hari-harinya dengan bermalas-malasan di dalam rumah. Dilihatnya debu pekat melekat di bodi motornya. Kemudian Ya Lun memutuskan untuk menghabiskan hari itu dengan membersihkan motornya.

        Ya Lun berjalan memasuki rumahnya bermaksud mengambil cairan pengkilat bodi motor. Dibukanya botol berisi cairan ungu itu dan melihat isinya. Tiba-tiba handphonenya berbunyi. Dilihatnya sebuah sms masuk dari Yan Shi.

        Liu Yan Shi : Hei, coba tebak siapa yang sedang berdiri di depan pintu.

        Ya Lun tersenyum. Diletakkannya botol yang ia pegang itu di atas raknya, lalu bergegas menemui Yan Shi di luar.

        Yan Shi langsung merangkul Ya Lun manja begitu Ya Lun berdiri di depannya.

        "Aku kangen."

        "Hahaha! Dasar kau. Baru semalam bertemu sudah kangen."

        "Biar~..."

        "Kau dari mana?"

        "Dari studio merekam beberapa lagu. Lihat! Aku merekamkannya khusus untukmu." kata Yan Shi sambil mengeluarkan sebuah piringan kaset dari dalam tasnya.

        "Apa isinya? Lagu untukku?" tanya Ya Lun sambil merebut kaset itu dari tangan Yan Shi.

        "Dengarkan saja sendiri."

        "Masuklah."

        "Motormu kenapa ada di luar? Kau mau pergi ya?

        "Tidak. Aku hanya mau membersihkannya."

        "Benarkah? Boleh kubantu?"
        "Ehm, ide bagus. Lapnya ada di rak di dinding depan dapur. Ambillah sendiri, aku mau ke kamar dulu meletakkan ini." jelas Ya Lun lalu beranjak menuju kamarnya. Sementara Yan Shi dibiarkannya berjalan menuju tempat lap berada.

Sesampaimya di depan dapur Yan Shi menengadahkan kepalanya mencari rak yang dimaksud Ya Lun. Dilihatnya sebuah kain handuk menyembul di sela-sela tumpukan barang di rak paling atas. Yan Shi berusaha keras meraih handuk itu. Sesekali kakinya berjinjit sementara tangannya meraba rak yang tidak bisa dijangkaunya itu.

        Di sinilah sebuah insiden mengerikan terjadi. Tanpa sengaja tangan Yan Shi menyenggol botol berisikan cairan pengkilat motor yang tidak tertutup itu. Botol persegi itu spontan terbalik dan semua isinya mengguyur wajah Yan Shi. Yan Shi langsung menjerit. Tubuhnya terhempas keras ke lantai, sementara tangannya memegangi matanya yang perih tersiram campuran kimia itu.

        Ya Lun segera berlari begitu mendengar jeritan Yan Sgi. Dilihatnya Yan Shi tengah terkapar di lantai sambil menangis.

        "Yan Shi??!"

        "Aaaaaahh!!! Mataku!!"

        "Matamu?? Kenapa matamu?!!" Ya Lun segera menyingkirkan tangan Yan Shi yang kuat menutupi wajahnya. Dilihatnya mata Yan Shi terpejam dan terus menangis.

        Dengan sigap Ya Lun membawa Yan Shi ke rumah sakit. Hatinya kalut dan resah. Dadanya berdegub kencang seiring erangan Yan Shi yang kesakitan.

        Ya Lun hanya bisa tertunduk lesu sementara Yan Shi diperiksa medis. Otaknya dipenuhi terkaan-terkaan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada Yan Shi. Namun di balik itu semua hanya satu hal yang terus membuat hatinya menangir. Jeritan Yan Shi yang begitu menyakitkan telinganya. Jeritan yang seharusnya tidak ia dengar dari orang yang paling dijaganya.

        Panggilan seorang perawat mengakhiri perdebatan di hati Ya Lun. Segera Ya Lun berlari ke dalam ruangan untuk melihat keadaan Yan Shi.

        "Yan Shi!!"

        "Dia masih belum sadarkan diri." sahut seorang yang berdiri berseberangan dengan Ya Lun. "Aku sudah memberinya obat penang. Sepertinya cairan kimia yang masuk ke matanya membuat retinanya membengkak."

        "Tapi dia akan selamat kan?" tanya Ya Lun. Buliran air mata memenuhi kedua bola matanya.

        "Ya. Dia memang selamat. Tapi tidak dengan matanya. Cairan kimia itu membuat jaringan kedua matanya tidak berfungsi. Sebenarnya apa yang terjadi? Bagaimana bisa campuran kimia berbahaya seperti itu masuk ke matanya?"

        "Ap, apakah dia tidak bisa melihat lagi?"

        Dokter berjas putih itu mengangguk lemah. Ya Lun hanya menatap hampa ke wajah dokter itu. Buliran air mata yang sedari tadi menggantung di pelupuk matanya kini menganak sungai di pipinya.

        Benak Ya Lun melayang pada botol berisikan cairan pengkilat motor yang dia buka dan dia letakkan begitu saja tanpa menutupnya kembali. Semua ini tak akan terjadi jika dia menutup kembali botol itu. Atau harusnya dia tak menyuruh Yan Shi mengambil kain lap sendirian. Kenapa dia begitu ceroboh? Ya Lun langsung memeluk erat tubuh Yan Shi yang terbujur lemas di atas ranjang. Tangis Ya Lun pecah memenuhi seluruh ruangan.

        "Yan Shi. Yan Shi~..."

        Hening.

        "Yan Shi, maafkan aku~..." Ya Lun menatap wajah Yan Shi yang hanya diam dan hambar. Sebuah perban putih membalut mata indahnya. Ya Lun hanya bisa terisak sendiri sambil tetap memeluk tubuh kekasihnya. Kekasih yang harusnya ia jaga dengan sepenuh hati.

-------------------------------------------------
Bersambung ke part 4

Tidak ada komentar:

Posting Komentar