Jumat, 18 Mei 2012

A Rainfall In Your Eyes (Part 4)

Title : A Rainfall In Your Eyes

Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess


Genre : Romance

Cast :

Aaron Yan   as Yan Ya Lun (Member of Fahrenheit)

Asfihani Chun   as Liu Yan Shi (Girl of PudDing)

Fabien    as Xiao Yu (Member of Lollipop)


 #########################

          Ya Lun berjalan lesu menyusuri lorong rumah sakit menuju kamar tempat Yan Shi dirawat. Kegundahannya tak juga berkurang sekalipun ia mengalihkan perhatiannya dengan menelepon Tuan Ceung. Beban di hatinya malah semakin membesar karena kemarahan Tuan Ceung padanya.

         Tiba-tiba sebuah vas bunga terlempar dari dalam kamar Yan Shi. Sayup-sayup telinganya menangkap jeritan dan tangisan Yan Shi. Sekejap Ya Lun berlari menuju kamar Yan Shi. Dilihatnya Yan Shi tengah meronta-ronta di atas ranjang sementara dua orang perawat sibuk menenangkannya.

         "Ada apa?!" tanya Ya Lun.

         "Kami tidak tahu, Tuan. Tiba-tiba Nona ini mengamuk begitu sadar dari tidurnya." jelas seorang perawat.

         "Yan Shi..." panggil Ya Lun lembut sambil mendekat pada Yan Shi.

         "Ya Lun? Kau Ya Lun?" tanya Yan Shi. Pelan-pelan tangisnya mulai mereda.

         "Iya, aku Ya Lun. Tenanglah, jangan menangis lagi." kata Ya Lun sambil membelai kepala Yan Shi.

         "Gelap. Aku tak bisa melihat apapun."

         Ratapan Yan Shi seketika membuat dada Ya Lun berdenyut sakit. Air mata Ya Lun kembali membanjir di matanya.

         "Ya Lun, kenapa gelap? Kenapa aku tidak bisa melihat apapun?" "Bersabarlah, Yan Shi." kata Ya Lun. Seiring dengan air matanya yang menetes ke ranjang Yan Shi.

         "Apakah aku buta?"

         "Tidak, Yan Shi! Itu tidak akan terjadi. Aku berjanji, lusa kau akan bisa melihat matahari."

         Ya Lun mendekap erat tubuh Yan Shi yang terduduk lunglai di atas ranjang. Ia berusaha keras tegar agar tidak terisak di hadapan Yan Shi.

############

         Sehari kemudian sesuai dengan perkataan Ya Lun, Yan Shi mulai menjalani operasi. Dalam beberapa jam hidupnya bergantung pada alat-alat runcing operasi dan tangan dokter yang menanganinya. Hati kecilnya terus mencoba tegar dengan bunga-bunga harapan yang bermekaran. Harapan dunia akan bisa ia sapa sebentar lagi.

         Dua hari setelah Yan Shi menjalani operasi, perban yang menutup matanya mulai dibuka. Perlahan Yan Shi melihat putihnya ruang yang ia tempati. Dua orang suster yang berdiri di ranjangnya tersenyum hangat padanya. Hati Yan Shi berseru kegirangan. Kini ia bisa terlepas dari pemandangan kelam yang terus membelenggu matanya.

         Tiba-tiba Yan Shi dikejutkan dengan seorang pria yang membuka pintu kamarnya.

         "Ya Lun?"

         "Bagaimana keadaanmu?"

         Senyum yang terkembang di bibir Yan Shi seketika lenyap begitu disadarinya pria itu adalah Xiao Yu.

         "Ehm, baik. Ya Lun mana?"

         "Dia harus ke Kanada untuk mengikuti turnamen dunia. Dia yang memintaku untuk menemanimu, Yan Shi."

         "Begitukah? Kapan dia pulang?"

         "Entahlah. Aku tidak tahu. Lihat! Aku bawakan kau brownis. Kau suka cokelat kan?"

         "Dari mana kau tahu?"

         "Itu tidak penting. Makan saja. Oh ya, kata dokter besok kau sudah pulang. Tapi kau harus check up tiap minggu ke sini."

         Yan Shi hanya diam melihat Xiao Yu bicara begitu ramah padanya. Sebercik rasa kecewa menyembul di hatinya. Orang yang pertama kali ingin ia lihat adalah Ya Lun. Kenapa dia pergi? Kenapa Xiao Yu yang justru menemaninya?

        Sebuah keganjilan mulai dirasakan Yan Shi. Berminggu-minggu, berbulan-bulan, bahkan sampai empat tahun lamanya setelah ia operasi, Ya Lun tak juga kembali ke Taiwan. Yan Shi tak hentinya bertanya-tanya, apakah balapan motor sampai selama itu? Mengapa Ya Lun tidak pernah meneleponnya? Apakah Ya Lun sudah tidak mencintainya lagi? Mengapa dia meninggalkannya?

        Entah sudah berapa kali Yan Shi mendatangi kantor Ya Lun. Mereka hanya bilang tidak tahu dengan keberadaan Ya Lun. Begitu juga dengan Xiao Yu, dia terkesan menyembunyikan sesuatu darinya. Dalam sekejap Ya Lun seolah hilang ditelan bumi.

        "Xiao Yu, berhentilah mengajakku makan malam." kata Yan Shi tidak nyaman. Hampir tiap malam Xiao Yu mengajaknya makan malam bersama.

        "Buat apa aku berhenti, hm? Sudahlah, makan saja. Kau lapar bukan?"

        Dengan malas Yan Shi menyendok makanan yang ada di depannya. Tiba-tiba pada suapan kedua giginya menggigit sebuah benda keras. Begitu dikeluarkannya benda itu dari mulutnya, Yan Shi langsung membelalakkan matanya.

        "Cincin?"

        Xiao Yu tersenyum tipis. Hal yang paling dinanti-nantikannya sejak lama akhirnya akan terjadi.

        "Ya, itu memang cincin."

        "Cincin siapa? Kenapa bisa ada di dalam makananku?"

        Cetakkk!

        Xiao Yu memetikkan jari tangannya. Seketika helaian mahkota mawar merah berjatuhan dari atap restoran. Serasa bagaikan hujan bunga yang begitu indah dan menawan. Yan Shi hanya bisa tertegun melihat pemandangan yang terjadi di depan matanya. Tiba-tiba Xiao Yu beranjak dari kursinya lalu berlutut di depan Yan Shi. Tangan hangatnya meraih jemari Yan Shi.

        "Yan Shi, tak ada satupun kata yang bisa mengungkapkan betapa aku mencintaimu."

        "Err, Xiao Yu~..."

        "Yan Shi, maukah kau menjadi ibu dari anak-anakku?"

        Ruam-ruam kemerahan menyembul di wajah Yan Shi. Tak disangkanya Xiao Yu melamarnya malam ini di depan banyak orang. Semua pengunjung restoran berdecak kagum melihat Xiao Yu dan Yan Shi berhadapan di bawah hujan bunga mawar. Keduanya serasa berada di dunia lain yang begitu romantis dan tidak bisa ditembus oleh siapapun.

        Xiao Yu menatap tajam wajah Yan Shi. Tersirat kesungguhan yang luar biasa di sana. Lalu harus bagaimana sekarang? Makan malam, cincin berlian di dalam makanan, lalu hujan bunga mawar yang begitu menawan, tegakah Yan Shi mengatakan tidak pada laki-laki yang selalu baik padanya itu? Jujur tak ada sebersit cinta pun untuk Xiao Yu. Namun cukupkah itu dijadikan sebagai alasan untuk menghancurkan pengorbanan Xiao Yu yang begitu fantastis?

        "Xiao Yu, apa yang kau lakukan? Cepat berdiri."

        "Yan Shi, menikahlah denganku." Xiao Yu semakin erat menggenggam jemari Yan Shi. Sebuah dilema hebat mengguncang hati Yan Shi. Rasa bimbang yang teramat sangat menyergah pikiran dan hatinya. Decakan kagum dari pengunjung restoran semakin membuat otaknya mau pecah. Bahkan beberapa dari mereka berseru dengan kerasnya agar Yan Shi menerima lamaran Xiao Yu.

        "Aku, aku~...."

        Pandangan Yan Shi perlahan kabur oleh air mata yang memenuhi rongga matanya. Ratusan mahkota mawar xang melayang di udara serasa berputar-putar di otaknya.


------------------------------
Bersambung ke part 5

Tidak ada komentar:

Posting Komentar