A Conflict [part six]
Fahrenheit Fanfiction
Judul : Fei Lun Hai Story ----> A Conflict
Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess
Genre : Kesetiakawanan
Main Cast : Wu Chun
Wang Da Dong
Chen Yi Ru
Yan Ya Lun
Cast :
Tong Li Ya
Yang Cheng Lin
Disclaimer :
FF ini saya buat dengan segenap hati atas dasar kecintaan saya pada keempat pria yang tergabung di Boyband Fei Lun Hai. keterenyuhan hati saya akan kesetiakawanan mereka. Jika kalian suka silakan copy FF ini kemudian save di disc kalian. :).... tapi mengaku2 bahwa FF ini yg membuat kalian adalah terlarang. *dilempar dari atas gedung*
ßßßßßßßßßßß
#########
"Saat kita sudah kakek-kakek nanti, bisa tidak ya kita bermain catur seperti ini?"
#########
Chun membuka pintu tangga darurat dengan kedua tangannya. Matanya menyapu seluruh lorong mencari kamar jenazah yang dikatakan Ya Lun.
"Chun?! Kaukah itu" tegur seseorang dari balik punggungnya.
"Yi Ru! Dimana kamarnya?!"
"Ikuti aku!"
Keduanya berlari menelusuri lorong rumah sakit. Tak lama kemudian Chun dan Yi Ru sampai di depan sebuah ruangan. Yi Ru membukakan pintu, lalu mempersilakan Chun masuk terlebih dahulu.
Air mata Chun kembali menggelincir ke bawah. Dilihatnya Ya Lun duduk terkulai lemas di hadapan sebutir mayat yang tertutup rapi kain putih. Chun berjalan gontai menuju ke arah onggokan putih itu. Tangannya meraba mayat Da Dong lembut. Tak tergambarkan lagi bagaimana rupa hatimya sekarang. Chun langsung bersimpuh di hadapan gundukan putih itu. Tak ada kata-kata apapun. Isakan Chun menggema ke sudut-sudut ruangan.
Yi Ru berjalan pelan menghampiri Chun.
"Chun, tenangkan dirimu dulu...."
"Lepaskan!" Chun melepas paksa rangkulan Yi Ru.
"Dia tidak akan ngebut jika tidak sedang marah! Ini salahku! Ini salahku!" tangis Chun mulai meledak.
"Chun ge~...." panggil Ya Lun mencoba menenangkan Chun.
Tiba-tiba Chun bangkit, ia berdiri pelan, lalu merangkul mayat yang ada di depannya itu dengan segenap hati.
"Da Dong! Aku mohon! Bangunlah..."
Chun mengguncang-guncangkan tubuh tak bernyawa itu.
"Chun! Tenangkan dirimu!" bentak Yi Ru. Air matanya juga menggenang di pelupuk matanya.
"Maafkan aku! Hiks~ maaf Da Dong.... Aku berjanji, tidak akan membuatmu marah lagi. Kita akan terus bersama-sama, sampai kita kakek-kakek nanti. Seperti yang kau katakan dulu. Aku mohon! Bangunlah Da Dong! Buka matamu!"
"Chun ge~....."
"Aku sayang kau, Da Dong.... Aku mohon. Jangan pergi!" Chun mengguncang-guncangkan mayat di hadapannya itu semakin keras. “Kau boleh mengendarai ferrarriku sesukamu. Saat kau tak bisa tidur di malam hari kau boleh menyelinap ke ranjangku… kau boleh melakukan itu semua Da Dong. Aku mohon! Buka matamuu…!”
Tak bergerak.
Gundukan putih itu tak berubah sedikitpun. Putih dan kaku. Seperti pertama kali dia datang.
"Hiks~....." Chun mulai berhenti mengguncang-guncangkan mayat dingin itu. Tinggal isakan kepedihan dan harapan kosong. Berharap waktu berputar ke 10 jam yang lalu. Saat Da Dong pertama kali marah padanya, “Harusnya aku tak meladeni emosimu. Sebagai yang paling tua seharusnya aku mengerti kau. Dui bu qi… dui bu qi, Da Dong…”
Yi Ru dan Ya Lun saling pandang. Sebutir senyum merekah di kulum keduanya.
“Kau dengar itu kan?” tiba-tiba suara Yi Ru menyelah isakan Chun. Tak jelas ia bertanya pada siapa.
Chun menoleh tidak mengerti ke arah Yi Ru yang berdiri di belakangnya.
“….Da Dong..” lanjut Yi Ru.
----------------------
Bersambung ke part 7
Judul : Fei Lun Hai Story ----> A Conflict
Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess
Genre : Kesetiakawanan
Main Cast : Wu Chun
Wang Da Dong
Chen Yi Ru
Yan Ya Lun
Cast :
Tong Li Ya
Yang Cheng Lin
Disclaimer :
FF ini saya buat dengan segenap hati atas dasar kecintaan saya pada keempat pria yang tergabung di Boyband Fei Lun Hai. keterenyuhan hati saya akan kesetiakawanan mereka. Jika kalian suka silakan copy FF ini kemudian save di disc kalian. :).... tapi mengaku2 bahwa FF ini yg membuat kalian adalah terlarang. *dilempar dari atas gedung*
ßßßßßßßßßßß
#########
"Saat kita sudah kakek-kakek nanti, bisa tidak ya kita bermain catur seperti ini?"
#########
Chun membuka pintu tangga darurat dengan kedua tangannya. Matanya menyapu seluruh lorong mencari kamar jenazah yang dikatakan Ya Lun.
"Chun?! Kaukah itu" tegur seseorang dari balik punggungnya.
"Yi Ru! Dimana kamarnya?!"
"Ikuti aku!"
Keduanya berlari menelusuri lorong rumah sakit. Tak lama kemudian Chun dan Yi Ru sampai di depan sebuah ruangan. Yi Ru membukakan pintu, lalu mempersilakan Chun masuk terlebih dahulu.
Air mata Chun kembali menggelincir ke bawah. Dilihatnya Ya Lun duduk terkulai lemas di hadapan sebutir mayat yang tertutup rapi kain putih. Chun berjalan gontai menuju ke arah onggokan putih itu. Tangannya meraba mayat Da Dong lembut. Tak tergambarkan lagi bagaimana rupa hatimya sekarang. Chun langsung bersimpuh di hadapan gundukan putih itu. Tak ada kata-kata apapun. Isakan Chun menggema ke sudut-sudut ruangan.
Yi Ru berjalan pelan menghampiri Chun.
"Chun, tenangkan dirimu dulu...."
"Lepaskan!" Chun melepas paksa rangkulan Yi Ru.
"Dia tidak akan ngebut jika tidak sedang marah! Ini salahku! Ini salahku!" tangis Chun mulai meledak.
"Chun ge~...." panggil Ya Lun mencoba menenangkan Chun.
Tiba-tiba Chun bangkit, ia berdiri pelan, lalu merangkul mayat yang ada di depannya itu dengan segenap hati.
"Da Dong! Aku mohon! Bangunlah..."
Chun mengguncang-guncangkan tubuh tak bernyawa itu.
"Chun! Tenangkan dirimu!" bentak Yi Ru. Air matanya juga menggenang di pelupuk matanya.
"Maafkan aku! Hiks~ maaf Da Dong.... Aku berjanji, tidak akan membuatmu marah lagi. Kita akan terus bersama-sama, sampai kita kakek-kakek nanti. Seperti yang kau katakan dulu. Aku mohon! Bangunlah Da Dong! Buka matamu!"
"Chun ge~....."
"Aku sayang kau, Da Dong.... Aku mohon. Jangan pergi!" Chun mengguncang-guncangkan mayat di hadapannya itu semakin keras. “Kau boleh mengendarai ferrarriku sesukamu. Saat kau tak bisa tidur di malam hari kau boleh menyelinap ke ranjangku… kau boleh melakukan itu semua Da Dong. Aku mohon! Buka matamuu…!”
Tak bergerak.
Gundukan putih itu tak berubah sedikitpun. Putih dan kaku. Seperti pertama kali dia datang.
"Hiks~....." Chun mulai berhenti mengguncang-guncangkan mayat dingin itu. Tinggal isakan kepedihan dan harapan kosong. Berharap waktu berputar ke 10 jam yang lalu. Saat Da Dong pertama kali marah padanya, “Harusnya aku tak meladeni emosimu. Sebagai yang paling tua seharusnya aku mengerti kau. Dui bu qi… dui bu qi, Da Dong…”
Yi Ru dan Ya Lun saling pandang. Sebutir senyum merekah di kulum keduanya.
“Kau dengar itu kan?” tiba-tiba suara Yi Ru menyelah isakan Chun. Tak jelas ia bertanya pada siapa.
Chun menoleh tidak mengerti ke arah Yi Ru yang berdiri di belakangnya.
“….Da Dong..” lanjut Yi Ru.
----------------------
Bersambung ke part 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar