My Wrong Girlfriend / part 6 [taiwan fanfiction]
Title : My Wrong Girlfriend
Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess
Genre : Action, Romance
Cast :
- Wu Chun
- Angela Zhang
- Jiro Wang
- Calvin Chen
- Aaron Yan
- Danson Tang
Sontak Angela membulatkan matanya mendengar jawaban Wu Chun. Genangan
di kedua bola matanya mengalir ke bawah. Angela membalikkan badannya.
Satu, dua, tiga, langkah kakinya terseret. Sejurus kemudian langkah
lemah itu berubah menjadi hentakan kuat. Angela berlari. Melesat cepat
menyusuri badan jalan yang terbentuk oleh rumput kemerahan.
Wu Chun berdiri mematung. Dia keheranan. Sebenarnya pemilik mobil itu adalah Angela. Lalu kenapa Angela yang harus pergi? Paspor yang rencananya akan ia gunakan untuk kembali ke Brunei pun sekarang ada di tas Angela. Dan kini paspor itu hilang lagi terbawa oleh Angela.
Wu Chun mengacak-acak rambutnya gusar. Tiba-tiba saja rencana yang ia susun rapi menjadi berantakan. Angela pergi membawa barang vital miliknya. Kini yang tersisa hanyalah mobil dan beberapa senjata api. Sekian menit Wu Chun memutar otak habis-habisan, sampai akhirnya ia memutuskan untuk kembali pada Calvin, sahabat karibnya. Sekali lagi ia terpaksa minta bantuan padanya.
Satu jam kemudian Wu Chun sampai kembali di Taipei. Dia segera menuju Toko Buku tempat Calvin berada.
Lengang. Tak biasanya toko kecil itu nampak sunyi. Papan tanda tutup toko pun masih bergantung di cendela kaca. Apa Calvin pergi?
Wu Chun masuk ke dalam toko itu dengan langkah waswas. Suasana ganjil menyergap tubuhnya. Ditelusurinya tiap sudut toko mencari tanda kehidupan.
"Calvin!" panggil Wu Chun. Tidak ada sahutan. Wu Chun berbelok ke ruangan rahasia tempat Calvin menyimpan senjata. Seketika detak jantungnya serasa berhenti. Bau anyir darah menusuk-nusuk lubang hidungnya. Dilihatnya Calvin tertelungkup di tengah ruangan itu. Darah segar membanjir memenuhi lantai.
“Calvin! Calvin, bangunlah!” panggil Wu Chun sambil mengguncang-guncangkan tubuh Calvin. Belasan peluru menancap di tubuh Calvin, menyisakan lubang-lubang yang sungguh membuat mata pedih.
“Per....gi....dari....si...ni.....”Calvin berusaha keras membuka mulutnya. Matanya hampa menatap ke arah Wu Chun.
“Calvin! Tidak!!!”
Calvin meregang nyawa saat itu juga. Melihat hal itu Wu Chun bergegas keluar menuju mobilnya. Satu hal yang ia tangkap dari semua kejadian ini, Tuan Wei telah sampai ke kota ini untuk mengejarnya.
Wu Chun memacu mobilnya secepat mungkin. Matanya nanar menyapu tiap sudut jalan. Dimana Angela??
Wu Chun terpaksa memutar jalan menuju tempat ia menurunkan Angela. Setidaknya Angela belum terlalu jauh karena ia hanya berjalan kaki. Namun sayang, tiba-tiba saja mobil yang dikendarai Wu Chun berhenti berjalan.
"Kenapa bahan bakarnya habis di saat tidak tepat??! Berengsek!!!" Wu Chun mengutuk sejadi-jadinya di dalam mobil itu. Ia semakin hilang akal begitu sadar semua uang berada di tas Angela. Tidak ada waktu lagi, Wu Chun terpaksa mengambil tindakan yang sebenarnya tidak ingin ia lakukan. Diambilnya tas koper yang penuh dengan senjata di bagasi mobilnya, lalu ia berjalan cepat menyusuri trotoar. Di depan sebuah Mercedes Benz, Wu Chun menodongkan pistol tepat ke kepala pengemudi mobil itu.
"Jangan berisik!! Aku pinjam mobilmu sebentar!" kata Wu Chun tegas. Pengemudi mobil itu tersentak kaget melihat pucuk pistol menempel di pelipisnya.
"Cepat keluar!!" Wu Chun menarik pemilik mobil itu keluar dari mobil. Tanpa menghiraukan teriakan sang pemilik mobil, Wu Chun memacu mobil hitam metalic itu dengan kecepatan penuh. Yang memenuhi kepalanya hanyalah Angela, ia harus menemukan gadis itu sebelum hal buruk terjadi.
"Hei, dia mengendarai Mercedes Benz hitam. Dia menuju ke arahmu." kata seseorang melalui handphonenya setelah melihat Wu Chun pergi. Ia tersenyum puas, seolah melihat tikus masuk perangkap dan mati.
Angela melahap makanan yang memenuhi mejanya tanpa ampun. Tidak peduli semua orang di restoran itu memandanginya. Hatinya yang kesal perlahan membaik setelah memasukkan makanan ke perutnya.
"Dasar cowok idiot! Biar saja dia mati kelaparan!!" Angela tak henti-hentinya menyumpahi Wu Chun sejak dia meninggalkannya. Angela semakin percaya diri melihat tasnya yang menggembung penuh senjata.
"Cih! Dia pikir dia hebat??" lagi-lagi Angela menggerutu.
"Angela." tegur seorang pria pada Angela. Ia menarik kursi di depan Angela dan duduk berhadapan dengannya.
"Jiro?" Angela terkejut.
###
Sambil tetap memegang kemudi mobil, Wu Chun memicingkan matanya tiap kali melihat orang berjalan di tepi jalan. Padang Dandelion yang ia datangi itu masih nampak sunyi seperti ia datang sebelumnya. Tiba-tiba sebuah mobil dari arah belakang menyalip Wu Chun dan berjalan beriringan di sebelahnya.
"Hei, Nona! Mau kemana?" teriak pria yang mengemudikan mobil itu pada Wu Chun. Seketika jantung Wu Chun berdetak cepat.
"Danson! Sialan!" geram Wu Chun melihat mantan rekannya ketika masih bergabung dengan Tuan Wei itu.
"Aku tahu kita berteman baik. Tapi aku harus menghabisimu!" goda Danson. Setelah itu ia menyandang sebuah selaras panjang dan mengarahkannya tepat ke arah Wu Chun.
Wu Chun kelabakan. Ia semakin mempercepat mobilnya untuk menghindari terjangan peluru Danson. Desingan peluru bersahut-sahutan di tengah pesona padang Dandelion. Lubang-lubang selebar dua inchi nampak memenuhi Mercedes Benz yang dikendarai Wu Chun. Dengan susah payah Wu Chun balas menembak ke arah Danson. Dua mobil mewah itu berjalan saling mendahului dengan peluru meluncur tak tentu arah.
Wu Chun terpaksa mencari akal. Dibukanya koper hitam miliknya. Sambil mengambil senjata selaras panjang, Wu Chun seketika menghentikan injakan gasnya. Mobil Wu Chun seketika berhenti berjalan, sementara mobil Danson meluncur lurus ke depan. Tentu saja Danson kebingungan melihat hal itu. Seketika ia menginjak rem dan membelokkan mobilnya. Namun hal itu mustahil dilakukan dengan kecepatan di atas 120km per jam. Mobil Danson terguling dan meluncur ke tengah Padang Dandelion yang putih lembut. Wu Chun memicingkan matanya di depan lensa pembidik. Dengan sekali tembak, seketika mobil Danson meledak dan terbakar. Api merah kekuningan menjilat-jikat ke atas. Bapaikan mawar merah berdarah di tengah lautan salju yang terlukis oleh mahkota Dandelion.
Wu Chun menghela nafas berat. Satu rintangan berhasil dilaluinya. Sementara itu, darah segar mengucur dari lengannya. Sepertinya salah satu peluru Danson berhasil mengenainya.
"Rupanya kau ada kemajuan, Danson."
Wu Chun berdiri mematung. Dia keheranan. Sebenarnya pemilik mobil itu adalah Angela. Lalu kenapa Angela yang harus pergi? Paspor yang rencananya akan ia gunakan untuk kembali ke Brunei pun sekarang ada di tas Angela. Dan kini paspor itu hilang lagi terbawa oleh Angela.
Wu Chun mengacak-acak rambutnya gusar. Tiba-tiba saja rencana yang ia susun rapi menjadi berantakan. Angela pergi membawa barang vital miliknya. Kini yang tersisa hanyalah mobil dan beberapa senjata api. Sekian menit Wu Chun memutar otak habis-habisan, sampai akhirnya ia memutuskan untuk kembali pada Calvin, sahabat karibnya. Sekali lagi ia terpaksa minta bantuan padanya.
Satu jam kemudian Wu Chun sampai kembali di Taipei. Dia segera menuju Toko Buku tempat Calvin berada.
Lengang. Tak biasanya toko kecil itu nampak sunyi. Papan tanda tutup toko pun masih bergantung di cendela kaca. Apa Calvin pergi?
Wu Chun masuk ke dalam toko itu dengan langkah waswas. Suasana ganjil menyergap tubuhnya. Ditelusurinya tiap sudut toko mencari tanda kehidupan.
"Calvin!" panggil Wu Chun. Tidak ada sahutan. Wu Chun berbelok ke ruangan rahasia tempat Calvin menyimpan senjata. Seketika detak jantungnya serasa berhenti. Bau anyir darah menusuk-nusuk lubang hidungnya. Dilihatnya Calvin tertelungkup di tengah ruangan itu. Darah segar membanjir memenuhi lantai.
“Calvin! Calvin, bangunlah!” panggil Wu Chun sambil mengguncang-guncangkan tubuh Calvin. Belasan peluru menancap di tubuh Calvin, menyisakan lubang-lubang yang sungguh membuat mata pedih.
“Per....gi....dari....si...ni.....”Calvin berusaha keras membuka mulutnya. Matanya hampa menatap ke arah Wu Chun.
“Calvin! Tidak!!!”
Calvin meregang nyawa saat itu juga. Melihat hal itu Wu Chun bergegas keluar menuju mobilnya. Satu hal yang ia tangkap dari semua kejadian ini, Tuan Wei telah sampai ke kota ini untuk mengejarnya.
Wu Chun memacu mobilnya secepat mungkin. Matanya nanar menyapu tiap sudut jalan. Dimana Angela??
Wu Chun terpaksa memutar jalan menuju tempat ia menurunkan Angela. Setidaknya Angela belum terlalu jauh karena ia hanya berjalan kaki. Namun sayang, tiba-tiba saja mobil yang dikendarai Wu Chun berhenti berjalan.
"Kenapa bahan bakarnya habis di saat tidak tepat??! Berengsek!!!" Wu Chun mengutuk sejadi-jadinya di dalam mobil itu. Ia semakin hilang akal begitu sadar semua uang berada di tas Angela. Tidak ada waktu lagi, Wu Chun terpaksa mengambil tindakan yang sebenarnya tidak ingin ia lakukan. Diambilnya tas koper yang penuh dengan senjata di bagasi mobilnya, lalu ia berjalan cepat menyusuri trotoar. Di depan sebuah Mercedes Benz, Wu Chun menodongkan pistol tepat ke kepala pengemudi mobil itu.
"Jangan berisik!! Aku pinjam mobilmu sebentar!" kata Wu Chun tegas. Pengemudi mobil itu tersentak kaget melihat pucuk pistol menempel di pelipisnya.
"Cepat keluar!!" Wu Chun menarik pemilik mobil itu keluar dari mobil. Tanpa menghiraukan teriakan sang pemilik mobil, Wu Chun memacu mobil hitam metalic itu dengan kecepatan penuh. Yang memenuhi kepalanya hanyalah Angela, ia harus menemukan gadis itu sebelum hal buruk terjadi.
"Hei, dia mengendarai Mercedes Benz hitam. Dia menuju ke arahmu." kata seseorang melalui handphonenya setelah melihat Wu Chun pergi. Ia tersenyum puas, seolah melihat tikus masuk perangkap dan mati.
##############
Angela melahap makanan yang memenuhi mejanya tanpa ampun. Tidak peduli semua orang di restoran itu memandanginya. Hatinya yang kesal perlahan membaik setelah memasukkan makanan ke perutnya.
"Dasar cowok idiot! Biar saja dia mati kelaparan!!" Angela tak henti-hentinya menyumpahi Wu Chun sejak dia meninggalkannya. Angela semakin percaya diri melihat tasnya yang menggembung penuh senjata.
"Cih! Dia pikir dia hebat??" lagi-lagi Angela menggerutu.
"Angela." tegur seorang pria pada Angela. Ia menarik kursi di depan Angela dan duduk berhadapan dengannya.
"Jiro?" Angela terkejut.
###
Sambil tetap memegang kemudi mobil, Wu Chun memicingkan matanya tiap kali melihat orang berjalan di tepi jalan. Padang Dandelion yang ia datangi itu masih nampak sunyi seperti ia datang sebelumnya. Tiba-tiba sebuah mobil dari arah belakang menyalip Wu Chun dan berjalan beriringan di sebelahnya.
"Hei, Nona! Mau kemana?" teriak pria yang mengemudikan mobil itu pada Wu Chun. Seketika jantung Wu Chun berdetak cepat.
"Danson! Sialan!" geram Wu Chun melihat mantan rekannya ketika masih bergabung dengan Tuan Wei itu.
"Aku tahu kita berteman baik. Tapi aku harus menghabisimu!" goda Danson. Setelah itu ia menyandang sebuah selaras panjang dan mengarahkannya tepat ke arah Wu Chun.
Wu Chun kelabakan. Ia semakin mempercepat mobilnya untuk menghindari terjangan peluru Danson. Desingan peluru bersahut-sahutan di tengah pesona padang Dandelion. Lubang-lubang selebar dua inchi nampak memenuhi Mercedes Benz yang dikendarai Wu Chun. Dengan susah payah Wu Chun balas menembak ke arah Danson. Dua mobil mewah itu berjalan saling mendahului dengan peluru meluncur tak tentu arah.
Wu Chun terpaksa mencari akal. Dibukanya koper hitam miliknya. Sambil mengambil senjata selaras panjang, Wu Chun seketika menghentikan injakan gasnya. Mobil Wu Chun seketika berhenti berjalan, sementara mobil Danson meluncur lurus ke depan. Tentu saja Danson kebingungan melihat hal itu. Seketika ia menginjak rem dan membelokkan mobilnya. Namun hal itu mustahil dilakukan dengan kecepatan di atas 120km per jam. Mobil Danson terguling dan meluncur ke tengah Padang Dandelion yang putih lembut. Wu Chun memicingkan matanya di depan lensa pembidik. Dengan sekali tembak, seketika mobil Danson meledak dan terbakar. Api merah kekuningan menjilat-jikat ke atas. Bapaikan mawar merah berdarah di tengah lautan salju yang terlukis oleh mahkota Dandelion.
Wu Chun menghela nafas berat. Satu rintangan berhasil dilaluinya. Sementara itu, darah segar mengucur dari lengannya. Sepertinya salah satu peluru Danson berhasil mengenainya.
"Rupanya kau ada kemajuan, Danson."
------------------------
Bersambung ke Part 7
Tidak ada komentar:
Posting Komentar