Kamis, 11 Oktober 2012

My Wrong Girlfriend / part 9-END [taiwan fanfiction]

Title : My Wrong Girlfriend
Author : Ariek Chun-AzzuraChunniess
Genre : Action, Romance
Cast :
- Wu Chun
- Angela Zhang
- Jiro Wang
- Calvin Chen
- Aaron Yan
- Danson Tang



##############

Wu Chun berlarian dari tiang ke tiang menghindari tembakan Vanness. Ia hanya bisa berlari menghindar dan menghemat pelurunya yang kini tersisa beberapa butir saja. Tiba-tiba Aaron muncul dari dalam lift dan meletuskan peluru ke arah Vanness.

Vanness meringsut dan bersembunyi di balik palang pintu. Suasana di dalam ruang pertemuan itu mencekam. Sejenak aksi baku tembak tak terjadi. Masing-masing kubu nampak waswas mengira-ngira keberadaan musuhnya.

"Vic! Ken!" panggil Vanness melihat kedua rekannya muncul dari balik tikungan lorong.

"Kalian kejar Wu Chun. Yang satunya biar aku urus!" kata Vanness memberi arahan. Sejurus kemudian desingan suara peluru kembali terdengar memenuhi ruangan. Aaron tersentak kaget melihat belasan peluru tiba-tiba menghunus ke arahnya. Ia langsung berlari sambil melawan tembakan Vanness. Sementara Wu Chun yang tidak tahu bahwa dirinya tengah dikejar oleh dua orang, berlari mngendap-endap dari ruang pertemuan itu. Ia menerobos puluhan orang yang memenuhi sebuah lorong lalu masuk ke sebuah ruangan.

Wu Chun tertegun di mulut pintu. Ternyata ia masuk ke dapur hotel yang ramai oleh koki yang sedang memasak. Saat hendak keluar, dilihatnya dari kaca pintu Vic dan Ken tengah berjalan ke arah pintu itu. Wu Chun langsung mengendap-endap di antara sekat yang terbentuk oleh lemari-lemari dapur.

Vic dan Ken memutar lehernya mencari-cari keberadaan Wu Chun. Keduanya berpencar lalu berjalan di antara para koki.

"Maaf, Tuan. Anda dilarang masuk kesini." tegur seorang pegawai hotel pada Vic. Melihat kesempatan itu Wu Chun langsung membidikkan tembakannya ke kepala Vic.

DORR!!

Vic tewas seketika dan roboh di hadapan pegawai hotel yang tengah menegurnya. Serta merta pegawai itu menjerit. Puluhan koki berlari keluar melihat hal itu. Berteriak kepanikan menyelematkan diri masing-masing.

Tinggallah Wu Chun dan Ken di dalam dapur besar itu. Wu Chun berjalan sambil berjongkok-jongkok di antara lemari dapur. Sementara Ken berdiri tegak dan mengarahkan pistolnya tak tentu arah.

"Ken! Aku tahu kau selama ini." kata Wu Chun memecah keheningan. Sontak Ken mempertegas bidikkan pistolnya ke udara bebas.

"Aku tidak mau membunuh temanku lagi. Pergilah dari sini, Ken. Jangan memaksaku." lanjut Wu Chun. Ken kebingungan mencari sumber suara yang menggema ke seluruh ruang dapur itu.

"Keluar kau!!" bentak Ken.

"Ck..!" desis Wu Chun. Sepertinya kata-katanya sama sekali tidak dengar oleh Ken. Wu Chun berdiri dan membuat Ken tergelak. Ternyata Wu Chun tepat berada di belakangnya.

DORR!!

Selongsong peluru menembus kepala Ken. Ia roboh seketika.

"Maafkan aku." gumam Wu Chun melihat kedua mayat kawannya. Terbecik sedikit penyesalan di lubuk hatinya. Ia tak mau membunuh temannya yang diperdaya Tuan Wei, namun di sisi lain ia harus melindungi nyawanya sendiri. Wu Chun merampas senjata Ken dan Vic yang tergeletak di lantai. Ia langsung berlari keluar untuk menyelamatkan Angela.

#############################

Aaron berlari sepanjang lorong hotel. Sesekali ia menempelkan tubuhnya ke dinding menghindari peluru Vanness yang menghujan ke arahnya. Merasa terdesak, Aaron membuka paksa sebuah pintu kamar dan masuk ke dalamnya. Ia langsung meringkuk di balik ranjang kamar itu. Dilihatnya Vanness turut masuk ke sana. Ia mengawasi seluruh sudut kamar mencari keberadaan Aaron.

"Dengar, Orang Awam! Jangan ganggu urusanku jika tidak mau mati!!" ancam Vanness.

"Kau yang orang awam! Aku detektif!!" kata Aaron tidak terima. Melihat sebuah bayangan timbul tenggelam di balik ranjang, Vanness langsung menembakkan pelurunya berkali-kali. Aaron menundukkan kepalanya semakin ke bawah. Ia balas menembaki Vanness.

Tiba-tiba seorang wanita paruh baya muncul dari dalam kamar mandi. Ia tersentak kaget melihat Vanness berdiri tegak di tengah kamar hotelnya.

"Siapa kau!? Apa yang kau lakukan di kamarku?!" bentak wanita itu. Ia langsung terdiam begitu Vanness mengarahkan moncong pistolnya ke arahnya.

"Heh! Jangan bunuh wanita itu! Dia tidak tahu apa-apa!!" teriak Aaron dari balik tempat persembunyiannya.
Vanness tersenyum.

DORR!!!

Wanita itu roboh ke belakang dengan peluru tepat di jantungnya. Aaron terhenyak. Matanya memerah seperti api.

"Kau tidak ingin seperti wanita ini kan?!" kata Vanness memancing. Aaron menahan amarah yang meledak-ledak di dadanya. Ia langsung berdiri dan menerjang Vannes dengan peluru-pelurunya.

"Kubilang jangan bunuh dia!!!!!!" teriak Aaron. Ia mendengus emosi dan tidak mau tahu lagi berapa peluru yang ia lesatkan ke tubuh Vanness.

Vanness hanya sempat menembak lemah ke atap hotel. Ia limbung ke samping dan meregang nyawa saat itu juga. Aaron menghela nafas panjang. Kakinya lemas seketika dan terjatuh ke lantai. Dia tatap satu-satu dua onggok mayat yang terbujur di depannya. Sedikitpun tidak ada gerakan dari keduanya.

###############################

Perlahan Angela menghentikan tangisannya. Tiba-tiba saja ia teringat isi tasnya. Buru-buru diambilnya sebuah pistol dari dalam tasnya lalu menembak gagang pintu berkali-kali. Terbuka. Angela langsung berlari keluar mengejar Jiro yang sekarang entah berada di mana. Sesekali air matanya masih menetes keluar. Seolah mengatakan bahwa hatinya tengah dirundung ketakutan sekarang. Takut jika mengingat seseorang yang kini berada di ujung maut.

"Wu Chun! Kau dimana~....."

########################

Wu Chun berlari menyusuri anak tangga. Tak disangkanya Jiro berhasil menemukannya. Jiro berlari di belakangnya sambil menembakinya tanpa henti.

Setelah sekian lama berlari menaiki anak tangga, Wu Chun akhirnya sampai di atap hotel. Ia mendengus penuh kesialan. Harusnya ia pancing Jiro ke tempat yang berliku dan banyak tempat persembunyian. Tapi kini, ia malah membawa Jiro ke tempat yang luas dan kosong. Sejauh mata memandang hanya nampak cakrawala gedung-gedung pencakar langit.

Wu Chun langsung menghujankan peluru ke arah Jiro muncul. Hanya dua tembakan, setelah itu pistolnya sama sekali tidak meletus sekalipun ia tarik pelatuknya berkali-kali.

"Kehabisan peluru, kawan? Mau pinjam punyaku?" kata Jiro sambil tersenyum geli.

Wu Chun merogoh saku belakangnya. Ditembakinya Jiro yang terkecoh olehnya. Jiro berlari menghindar. Peluru-peluru berdesingan menancap di atap hotel.

"Agh!!!" Jiro menahan sakitnya. Sebutir peluru menembus betisnya. Wu Chun berjalan mendekat. Ia terpojok.

"Hei, Wu Chun! Pacarmu merindukanmu!!" sebuah teriakan seketika menghentikan langkah Wu Chun. Muncul Tuan Wei dari balik tangga sambil memegang erat Angela.

Wu Chun tersentak kaget.

"Angela!!!" panggil Wu Chun. Ia tak berkutik melihat sepucuk pistol menempel di pipi Angela.

"Ayo, Jiro!! Habisi pengkhianat itu! Aku akan habisi yang di sini!!!" kata Tuan Wei.
Jiro berdiri perlahan sambil menahan sakit di betisnya. Ia menatap tajam ke arah Tuan Wei.

"Tunggu apa lagi, Jiro?! Kita habisi mereka!" teriak Tuan Wei sambil tertawa terbahak-bahak. Kemenangan berada di genggaman tangannya.

"Lepaskan gadis itu!!" teriak Jiro tiba-tiba. Seketika Tuan Wei menghentikan gelak tawanya. Ia terhenyak mendengar kata-kata Jiro, pembunuh bayarannya sendiri. Tak terlebih Wu Chun. Ia tercengang mendengar kata-kata Jiro yang justru sangat berlawanan dengan tujuan kelompoknya.

"Jiro?! Kau bicara apa?!!" tanya Tuan Wei tidak percaya.

"Jangan sentuh gadis itu! Lepaskan dia!!"

"Apa kau mabuk?! Jangan mengulur waktu lagi, Jiro!!" jemari Tuan Wei perlahan melengkung. Pelatuk pistolnya mulai ia gerakkan.

DORR!!!

Tuan Wei roboh bersama Angela. Darah segar perlahan menggenang. Angela menjerit. Ia langsung berdiri dan berlari ke arah Wu Chun. Tuan Wei sekarat.

"Jiro?? Kau menembakku?!" tanya Tuan Wei tidak percaya. Perutnya sobek oleh geseran peluru.

"Aku sudah memperingatkanmu! Jangan sentuh gadis itu!" Jiro masih mengarahkan moncong pistolnya ke arah Tuan Wei.

"Tapi, kau.... dia...." Tuan Wei terbata-bata. Ia lenyap dalam ketidakmengertiannya sendiri, "Kau membela mereka??!"

"Aku membelamu, Tuan Wei. Kau yang membayarku. Tenang, akan ku bunuh pengkhianat itu." Jiro tersenyum tipis. Nafas Tuan Wei tersengal-sengal. Pandangannya mulai kabur. Terlalu banyak darah yang ia keluarkan. Tuan Wei menghembuskan nafas terakhirnya di depan Jiro.

KLAKK!!

Jiro mengarahkan moncong pistolnya ke arah Wu Chun.

"Menyingkirlah, Angela!!!" perintah Jiro, "Akan kuhabisi pria busuk ini!"

Di luar dugaannya, Angela justru mengambil pistol di balik bajunya dan balik menodong Jiro. Jiro membulatkan matanya melihat hal itu.

"Angela?" gumam Jiro lirih. Ia mengernyit tidak percaya.

"Aku tidak segan-segan membunuhmu jika kau menyentuh Wu Chun!" kata Angela. Matanya menatap seperti mata Burung Elang. Tidak ada keraguan sedikitpun.

"Angela, kau...." Jiro tak kuasa meneruskan kalimatnya.
"Letakkan senjatamu! Atau kutembak kau!" ancam Angela. Wu Chun menatapnya tidak percaya. Ia justru tengah diselamatkan oleh gadis yang harusnya ia selamatkan.

"Angela, kau tidak sungguh-sungguh 'kan?"

DORR!!

Jiro terkapar. Dua betisnya kini lumpuh oleh peluru.

"Kenapa kau seperti ini?! Apa yang kau lakukan!!?" pekik Jiro sambil menahan sakit.

"Maaf, Jiro. Aku tahu kau sangat baik padaku. Terima kasih atas semua yang kau lakukan selama ini." pandangan Angela buram oleh air mata yang membanjiri kedua bola matanya, "Tapi aku tidak cukup baik untukmu." lanjut Angela.

Nafas Jiro memburu. Tangannya semakin erat memegang pistolnya.

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan!!!" jerit Jiro. Ia kembali menodongkan pistolnya ke arah Wu Chun.

"Jiro! Kau jangan memaksaku!!" bentak Angela.

"Angela! Akan ku bunuh lelaki itu! Kita akan hidup bersama!"

"Diam, Jiro!!!"

DORR!!

Angela menembak lantai di sebelah Jiro. Membuat Jiro semakin menganga tidak percaya.

"Apa kau tidak mengerti?!!" air mata Angela beruraian ke udara, "Aku tidak mencintaimu! Yang aku cintai adalah Wu Chun!!!"

Wu Chun membulatkan matanya. Gendang telinganya baru saja menangkap suara yang membuatnya keluar dari alam sadarnya. Setali tiga uang dengan Jiro. Dua kalimat yang sangat tidak bisa diterima oleh hatinya. Tubuhnya lemas. Pistol dalam genggamannya terjatuh ke lantai. Ia menatap Angela tanpa berkedip. Sakit di kedua kakinya tak lagi ia rasakan. Denyut perih di hatinya menjalar ke seluruh tubuhnya. Ia benar-benar tidak percaya mendengar perkataan Angela.

Angela terisak dalam tegaknya. Perlahan Wu Chun mendekatinya dan merangkul Angela. Isakan Angela semakin keras. Ia menangis terguncang di dalam pelukan Wu Chun.

Dari kejauhan bunyi sirine polisi menggaung di udara. Puluhan mobil polisi berhenti di depan Hotel Grand Luxury. Wu Chun memegang tangan Angela mengajaknya turun dari atap hotel. Sementara Jiro tengah terpekur sendiri. Air mata menggenang di pelupuk matanya. Hatinya melolong penuh kepedihan. Tanpa banyak pikir ia ambil kembali pistolnya dan mengarahkannya ke arah Wu Chun yang sedang berjalan membelakanginya.

"Mati kau!! Bangsat!!!" pekik Jiro.

"Merunduk!!!" teriak Aaron yang tiba-tiba muncul di hadapan Wu Chun. Seketika Wu Chun membungkuk sambil memeluk Angela.

DORR!!
DORR!!

Jiro terkapar di lantai. Tembakan Aaron tepat menembus dahinya. Di sisi lain, tembakan yang diluncurkan Jiro juga berhasil mengenai Aaron. Ia rubuh di hadapan Wu Chun dengan darah mengucur dari lehernya.

"Aaaron!!!" teriak Wu Chun kencang. Ia berlari dan memangku Aaron.

"Jangan tutup matamu!! Akan kubawa ke ambulance sekarang juga!!" teriak Wu Chun.

"Sudahlah, John Lee~. Setidaknya aku tidak memiliki hutang nyawa padamu." suara Aaron terdengar begitu kering dan lirih. Sepertinya peluru itu menggesek pita suaranya.
"Aaron!!! Bertahanlah!!" Wu Chun tidak berhenti berteriak.

Nafas Aaron sepatah-patah terhembus dari mulut. Telinganya berdenging  dan pandangannya memburam. Bola matanya mengerjap-ngerjap ke arah Wu Chun yng tengah panik.
Hening.

Aaron menutup kelopak matanya. Rapat. Semakin rapat. Tubuh Aaron tidak bergerak sedikitpun. Desah nafasnya mulai lenyap. Wu Chun mengguncang-guncang tubuh Aaron tanpa arti.

"Wu Chun~...." Angela memegang tangan Wu Chun dan melepasnya dari tubuh Aaron. Ia menggelengkan kepalanya pelan. Segera dirangkulnya Wu Chun erat-erat.

"Aku hanya tidak mau kehilangan semua kawanku." desah Wu Chun. Air mata membasahi pipinya.

"Tenanglah. Aku selalu di sampingmu." jawab Angela

################################

Puluhan polisi dan tim forensik menyebar ke seluruh hotel. Semua mayat dievakuasi dan dibawa ke rumah sakit. Wu Chun duduk lemas di dalam ambulance sementara tim medis memberinya pertolongan pertama. Wu Chun bersiap menjalani operasi untuk mengeluarkan dua peluru yang bersarang di kedua lengannya.

Berkat kejadian itu, jaringan pengedar narkoba yang dibawahi Tuan Wei terbongkar. Puluhan anak buah Tuan Wei yang tersebar di seluruh Taiwan dan Cina Daratan ditangkap oleh polisi. Ratusan kilo narkoba berhasil diamankan. Termasuk video rekaman yang Wu Chun sembunyikan. Bisnis haram itu binasa sampai ke akar-akarnya.
Berkat semua keterangan yang ia berikan, Wu Chun mendapatkan ucapan terima kasih secara resmi dari pihak kepolisian. Wu Chun terkesima dengan apa yang dihapainya sekarang. Masa kelam yang membelenggunya selama ini musnah sudah.

###########################

"Kau itu menyebalkan, idiot, tidak peka pada perempuan." celetuk Angela.

"Terima kasih sudah merangkumnya." balas Wu Chun ketus.

"Kau juga tidak romantis. Malangnya hidupku, kenapa aku justru jatuh cinta pada pria sepertimu."

"Ya! Aku juga! Malangnya nasibku dicintai gadis sepertimu." balas Wu Chun dengan nada datar.

Keduanya saling tersenyum. Sejurus kemudian Wu Chun memeluk Angela erat.

"Tapi aku tidak peduli hidupku malang, asal ada kau di sini."

----------------------THE END------------------------

Tidak ada komentar:

Posting Komentar